Dugin berpendapat, Ukraina harus diintegrasikan kembali dengan Rusia, seperti pada zaman Tsar dan Soviet.
Dipenuh semangat, ia juga mendukung keputusan Moskow mencaplok kembali Krimea, setelah semenanjung memberikan suara dalam referendum, untuk meninggalkan Ukraina dalam kudeta 2014 di Kiev.
Masih pada tahun yang sama, Dugin meninggalkan kampus, tempat di mana lima tahun ia memimpin departemen sosiologi hubungan internasional.
Baca Juga: Sungai Terpanjang di Asia dan Danau Terbesar di China Kering akibat Gelombang Panas
Perjuangan melawan Barat
Dugin juga mendukung invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berjalan sejak akhir Februari tahun ini.
Ia berpendapat, sejak kemerdekaan Ukraina pada tahun 1991, Barat yang dipimpin AS telah memicu konflik, mendukung nasionalis dan pasukan anti-Rusia lainnya di Kiev, dan masih melakukannya hingga kini dengan pengiriman senjata ke Ukraina.
Menurut Dugin, proyek kemerdekaan Ukraina telah diarahkan untuk melawan Rusia dan diawasi oleh media barat.
"Pertempuran untuk Ukraina adalah konstanta historis dari strategi geopolitik Barat," Dugin menulis untuk kelompok media konservatif Tsargrad TV pada Maret lalu.
Baca Juga: Taliban Ingin Barter Minyak Rusia dengan Kismis, Ramuan Obat dan Produk Dalam Negeri
Dia juga berpendapat, Ukraina tidak memiliki sejarah kenegaraan apa pun, sementara wilayahnya saat ini, secara historis tidak disengaja dan merupakan hasil dari desain administrasi kaum Bolshevik.
Ketika Putin membenarkan perang di Ukraina dan menyebut 'Ukraina diciptakan oleh Lenin,' hal itu amat disepakati Dugin.
"Tentara Rusia saat ini sedang memerangi negara-negara berdaulat yang memaksakan dunia unipolar. Kita tidak bisa kalah dalam perang ini. Jika tidak, seluruh dunia akan terbakar," kata Dugin kepada surat kabar Turki Turkiye Gazetesi pada April.
Sang putri mengikuti jejak ayahnya
Seperti ayahnya, Dugina mendukung kampanye militer Rusia di Ukraina, negeri yang ia gambarkan sebagai "negara gagal."
Muncul di podcast 'Solovyov LIVE' hanya beberapa jam sebelum meninggal oleh ledakan bom, Dugina menuduh Barat yang memaksakan kehendak pada negara lain.
"Operasi militer khusus [di Ukraina] adalah 'paku terakhir di peti mati' hegemoni dunia [Barat]," katanya.
Inggris memasukkan Dugina daftar hitam bulan ini, sebagai "kontributor terkenal yang sering menyebarkan hoaks Perang Ukraina."
Terlepas dari itu, penasihat kepresidenan Ukraina, Mikhail Podoliak, membantah keterlibatan Kiev dalam pemboman yang menewaskan Dugina itu.
"Saya ingin menekankan bahwa Ukraina, jelas, tidak ada hubungannya," kata Podoliak pada media Ukraina, Minggu (21/8).
Baca Juga: Ketika Anak-Anak Indonesia Dipenjara di Australia Bersama Penjahat Kakap, Nyaris Disodomi
Sumber : Russia Today
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.