Perubahan, bagaimanapun, tidak memengaruhi kementerian utama termasuk luar negeri, keuangan, pertahanan dan dalam negeri, yang bertanggung jawab atas kepolisian.
Anggota parlemen Abdel-Monem Emam dari oposisi Partai Keadilan mengkritik perombakan itu sebagai "mengecewakan". Ia berharap tim ekonomi pemerintah ikut serta dalam perubahan tersebut.
"Apa yang kami, dan Mesir tunggu, adalah perubahan dalam kebijakan, bukan orang," tulisnya di Facebook.
Ekonomi Mesir terpukul keras oleh pandemi virus Covid-19 dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina, yang mengguncang pasar global dan menaikkan harga minyak dan makanan di seluruh dunia.
Baca Juga: Menlu Rusia ke Kairo, Jamin Kesinambungan Pasokan Gandum untuk Mesir
Mesir merupakan importir gandum terbesar di dunia, yang sebagian besar berasal dari Rusia dan Ukraina. Pasokan Mesir tunduk pada perubahan harga di pasar internasional.
Pemerintah Mesir mengadakan pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir dengan Dana Moneter Internasional IMF untuk pinjaman baru guna mendukung program reformasi dan untuk membantu mengatasi tantangan yang disebabkan oleh perang di Eropa.
Pemerintah Mesir menerima janji dari negara-negara Teluk Arab yang kaya untuk investasi miliaran dolar, beberapa di antaranya untuk industri swasta.
Harga pangan dan energi Mesir melonjak tinggi, menambah beban masyarakat miskin dan kelas menengah yang telah menanggung beban program reformasi 2016.
Program itu, yang disepakati dengan IMF, termasuk langkah-langkah penghematan yang menyakitkan yang memicu kenaikan tajam harga komoditas dasar dan utama serta layanan.
Devaluasi pound Mesir baru-baru ini, yang telah kehilangan setengah nilainya pada tahun 2016, menyebabkan kenaikan baru dalam harga makanan dan komoditas lainnya.
Tingkat inflasi tahunan untuk Juli berada di 14,6 persen, lebih dari dua kali lipat bulan yang sama tahun lalu ketika tercatat 6,1 persen, menurut biro statistik resmi.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.