YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Hari ini 77 tahun lalu, pada 6 Agustus 1945, bom atom dengan nama kode “Little Boy” meledak di Hiroshima, Jepang. Ini adalah misi peledakkan bom atom pertama sepanjang sejarah.
Ledakan dahsyat di Hiroshima menewaskan sekitar 140.000 orang. Sekitar 20.000 personel militer Kekaisaran Jepang diperkirakan tewas akibat ledakan.
Tiga hari kemudian, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom nuklir lagi di Nagasaki. Lima hari kemudian, Kekaisaran Jepang menyerah sekaligus menandai akhir Perang Dunia Kedua.
Hiroshima sendiri punya arti penting bagi Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia Kedua. Pada waktu itu, Hiroshima menjadi kota industri dan militer yang signifikan.
Kota tersebut menjadi markas Angkatan Darat Umum Kedua pimpinan Panglima Tertinggi Shunroku Hata. Komando yang terletak di Kastil Hiroshima ini memimpin pertahanan seluruh selatan Jepang.
Baca Juga: Indonesian Paper: Saran Indonesia untuk Kontroversi Kapal Selam Nuklir dan Komitmen Non-proliferasi
Terdapat sekitar 400.000 serdadu di bawah komando Hata. Sekitar 40.000 di antaranya diposkan di kota Hiroshima.
Selain itu, kota Hiroshima menjadi basis pasokan dan logistik bagi militer Jepang. Juga menjadi pusat komunikasi, kota pelabuhan, dan pusat majelis militer.
Hiroshima juga menjadi kota penting bagi pemenuhan kebutuhan perang, menjadi tempat industri suku cadang pesawat dan kapal, bom dan senapan.
Bom atom “Little Boy” dijatuhkan dari pesawat pengebom AS B-29 Superfortress yang dinamai “Enola Gay”. Nama ini diambil dari sosok Enola Gay Tibbets, ibu dari pilot pesawat pengebom, Kolonel Paul Tibbets.
Sebagaimana disarikan Kampanye Internasional untuk Peniadaan Senjata Nuklir (ICANW), bom uranium yang dijatuhkan di Hiroshima memiliki daya ledak setara 15.000 ton TNT.
Bom ini meratakan dan membakar sekitar 70 persen bangunan di Hiroshima.
Bertahun-tahun usai ledakan, banyak penyintas bom yang mengidap leukemia, kanker, atau efek samping mengerikan lain dari radiasi.
Di antara populasi penyintas, angka pengidap kanker dan berbagai penyakit kronis tercatat tinggi.
Untuk merawat para penyintas, fasilitas serta tenaga medis di Hiroshima pun kewalahan. Pasalnya, 90 persen dokter dan perawat tewas atau cedera akibat ledakan bom atom.
Baca Juga: China Kritik Kapal Selam Nuklir AUKUS: Pelucutan Senjata Nuklir Jangan Standar Ganda
Ledakan bom juga merusak 42 dari 45 rumah sakit di Hiroshima. Fasilitas medis yang ada tidak bisa menampung penyintas yang 70 persen di antaranya memiliki cedera seperti luka bakar parah.
Peringatan bom atom Hiroshima pada 2022 akan digelar pada Sabtu (6/8/2022). Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres akan menghadiri peringatan tersebut.
Jelang peringatan ini, Guterres mengungkapkan bahwa peringatan Hiroshima bertepatan dengan “waktu ketika bahaya nuklir tidak setinggi yang kita lihat sejak Perang Dingin.”
Hal tersebut disampaikan Guterres ketika membuka Konferensi Peninjauan Traktat Nonprofliferasi Nuklir (NPT Revcon). Konferensi ini ditujukan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan menciptakan dunia bebas nuklir.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric menyatakan bahwa Guterres akan mengunjungi Jepang pada Kamis (4/8). Kemudian Guterres akan menghadiri upacara peringatan di Memorial Damai Hiroshima pada Sabtu (6/8).
“Peringatan ini bertujuan untuk melipur jiwa-jiwa yang hilang akibat bom atom, juga doa untuk perdamaian yang abadi,” kata Dujarric dikutip Associated Press.
“Sekretaris Jenderal (Antonio Guterres) akan menghormati para korban pengeboman, memperingati semua korban Perang Dunia Kedua, dan menegaskan kembali seruannya agar para pemimpin dunia memusnahkan stok senjata nuklirnya,” lanjutnya.
Baca Juga: PBB Tinjau Ulang Traktat Nonproliferasi Nuklir, Indonesia Ikut Ambil Peran Vital (III)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.