MOSKOW, KOMPAS.TV — Presiden Rusia Vladimir Putin menyerahkan kendali penuh atas proyek minyak dan gas alam besar Sakhalin-2 yang sebagian dimiliki oleh Barat, Shell dan dua perusahaan Jepang, kepada perusahaan Rusia yang baru dibentuk.
Keputusan itu dipandang sebagai langkah berani di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat terkait aksi militer Moskow di Ukraina, seperti laporan Associated Press, Jumat (1/7/2022).
Keputusan Putin Kamis (30/6) malam itu memerintahkan pembentukan perusahaan baru yang akan mengambil alih kepemilikan Sakhalin Energy Investment Co. Sebelumnya, hampir 50 persen kepemilikan saham Sakhalin dikendalikan raksasa energi Inggris, Shell, serta Mitsui dan Mitsubishi yang berbasis di Jepang.
Perintah Putin menyebut "ancaman terhadap kepentingan nasional Rusia dan keamanan ekonominya" sebagai alasan pemindahan Sakhalin-2, salah satu proyek minyak dan gas alam berorientasi ekspor terbesar di dunia.
Perintah Putin itu memberi waktu perusahaan asing satu bulan untuk memutuskan apakah mereka ingin mempertahankan saham yang sama di perusahaan baru.
Raksasa gas alam yang dikendalikan negara Rusia, Gazprom, memiliki saham pengendali di Sakhalin-2, proyek gas lepas pantai pertama negara itu yang menyumbang sekitar 4 persen pasar dunia untuk gas alam cair, atau LNG.
Jepang, Korea Selatan dan China adalah pelanggan utama ekspor minyak dan LNG proyek tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat (1/7) mengatakan, perintah Putin tidak memengaruhi pasokan energi dari proyek tersebut.
Baca Juga: Janji Putin ke Jokowi, Rusia Berkomitmen Bantu Sektor Pertanian dan Pangan Indonesia
Shell memegang 27,5 persen saham dalam proyek tersebut.
Setelah dimulainya aksi militer Rusia di Ukraina, Shell mengumumkan keputusannya untuk menarik semua investasi di Rusia. Langkah ini dikatakan menelan biaya setidaknya $5 miliar dollar AS.
Perusahaan itu juga memegang 50 persen saham di dua usaha patungan lainnya dengan Gazprom untuk mengembangkan ladang minyak.
Shell menyatakan sedang mempelajari keputusan Putin, yang membuat investasinya dalam usaha patungan menjadi diragukan.
"Sebagai pemegang saham, Shell selalu bertindak demi kepentingan terbaik Sakhalin-2 dan sesuai dengan semua persyaratan hukum yang berlaku," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. "Kami menyadari keputusan tersebut dan sedang menilai implikasinya."
Seiji Kihara, wakil kepala sekretaris kabinet Jepang, mengatakan pemerintah mengetahui keputusan Putin dan sedang meninjau dampaknya.
Baca Juga: Beda Perlakuan Putin ke Jokowi dengan Macron Saat Berkunjung ke Kremlin Rusia
Mitsui yang berbasis di Jepang memiliki 12,5 persen dari proyek tersebut, dan Mitsubishi memegang 10 persen.
Kihara menekankan, proyek tersebut tidak boleh dirusak karena "berhubungan dengan keamanan energi Jepang". Ia menambahkan bahwa "apa pun yang membahayakan hak sumber daya kita tidak dapat diterima."
"Kami sedang meneliti niat Rusia dan latar belakang di balik ini," katanya kepada wartawan dalam konferensi pers, Jumat (1/7).
"Kami sedang mencari detailnya, dan untuk langkah selanjutnya, saya tidak memiliki prediksi untuk Anda saat ini."
Ditanya apakah langkah Putin dengan Sakhalin-2 dapat memicu tindakan serupa terhadap usaha patungan lainnya yang melibatkan pemegang saham asing, Peskov mengatakan, "Tidak mungkin ada aturan umum di sini."
Dia menambahkan, "setiap kasus akan dipertimbangkan secara terpisah."
Sakhalin-2 mencakup tiga anjungan lepas pantai, fasilitas pemrosesan darat, jaringan pipa lepas pantai sepanjang 300 kilometer, jaringan pipa darat sepanjang 1.600 kilometer, terminal ekspor minyak dan kilang LNG.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.