Perusahaan itu juga memegang 50 persen saham di dua usaha patungan lainnya dengan Gazprom untuk mengembangkan ladang minyak.
Shell menyatakan sedang mempelajari keputusan Putin, yang membuat investasinya dalam usaha patungan menjadi diragukan.
"Sebagai pemegang saham, Shell selalu bertindak demi kepentingan terbaik Sakhalin-2 dan sesuai dengan semua persyaratan hukum yang berlaku," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. "Kami menyadari keputusan tersebut dan sedang menilai implikasinya."
Seiji Kihara, wakil kepala sekretaris kabinet Jepang, mengatakan pemerintah mengetahui keputusan Putin dan sedang meninjau dampaknya.
Baca Juga: Beda Perlakuan Putin ke Jokowi dengan Macron Saat Berkunjung ke Kremlin Rusia
Mitsui yang berbasis di Jepang memiliki 12,5 persen dari proyek tersebut, dan Mitsubishi memegang 10 persen.
Kihara menekankan, proyek tersebut tidak boleh dirusak karena "berhubungan dengan keamanan energi Jepang". Ia menambahkan bahwa "apa pun yang membahayakan hak sumber daya kita tidak dapat diterima."
"Kami sedang meneliti niat Rusia dan latar belakang di balik ini," katanya kepada wartawan dalam konferensi pers, Jumat (1/7).
"Kami sedang mencari detailnya, dan untuk langkah selanjutnya, saya tidak memiliki prediksi untuk Anda saat ini."
Ditanya apakah langkah Putin dengan Sakhalin-2 dapat memicu tindakan serupa terhadap usaha patungan lainnya yang melibatkan pemegang saham asing, Peskov mengatakan, "Tidak mungkin ada aturan umum di sini."
Dia menambahkan, "setiap kasus akan dipertimbangkan secara terpisah."
Sakhalin-2 mencakup tiga anjungan lepas pantai, fasilitas pemrosesan darat, jaringan pipa lepas pantai sepanjang 300 kilometer, jaringan pipa darat sepanjang 1.600 kilometer, terminal ekspor minyak dan kilang LNG.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.