YERUSALEM, KOMPAS.TV — Pasukan keamanan Israel, Jumat (6/5/2022), melakukan perburuan besar-besaran terhadap dua warga Palestina terduga pelaku aksi penusukan di dekat Tel Aviv yang menewaskan tiga warga Israel, seperti dilansir Associated Press.
Penusukan pada Kamis (5/5/2022) di Hari Kemerdekaan Israel adalah yang terbaru dalam serangkaian serangan mematikan dalam beberapa pekan terakhir.
Peristiwa itu terjadi ketika ketegangan Israel-Palestina meningkat yang dipicu kekerasan di tempat suci utama di Yerusalem yang disucikan oleh Yahudi dan muslim.
Polisi Israel mengatakan mereka sedang mencari dua tersangka berusia 19 dan 20 tahun yang berasal dari kota Jenin di Tepi Barat yang telah berada di bawah pendudukan Israel selama berdekade-dekade.
Jenin muncul sebagai benteng kelompok perlawanan Palestina dalam gelombang kekerasan terbaru, terburuk yang pernah dilihat Israel dalam beberapa tahun.
Beberapa penyerang datang dari dalam atau sekitar Jenin, dan pasukan Israel kini melancarkan serangan penangkapan yang memicu baku tembak di sana.
“Kami akan menangkap teroris dan lingkungan yang mendukung mereka, dan mereka akan membayar harganya,” kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett setelah berkumpul dengan pejabat keamanan senior Kamis (5/5/2022) malam.
Pihak berwenang mengatakan para penyerang melarikan diri dengan sebuah kendaraan.
Petugas medis menggambarkan pemandangan mengerikan di Elad, sebuah kota ultra-Ortodoks dekat Tel Aviv. Selain tiga orang tewas, empat lainnya luka-luka, salah satunya kritis.
Baca Juga: Bentrok Warga Palestina dan Israel Kembali Terjadi di Kompleks Masjid Al-Aqsa
Media Israel mengidentifikasi mereka yang tewas sebagai Yonatan Havakuk, Boaz Gol dan Oren Ben Yiftah, tiga ayah berusia 30-an dan 40-an yang bersama-sama meninggalkan 16 anak. Pemakaman akan diadakan pada Jumat.
Ben Yiftah, 35 tahun, ayah dari enam anak, berasal dari pusat kota Lod. Wali Kota Yair Revivo mengatakan, "hati kami hancur berkeping-keping" dalam sebuah posting Facebook, menyebutnya sebagai "tragedi besar."
Israel menandai Hari Kemerdekaannya pada Kamis, hari libur nasional yang meriah di mana warga biasanya mengadakan barbekyu dan menghadiri pertunjukan udara.
Sedangkan bagi Palestina, hari itu menandai Nakba atau "bencana" ketika lebih dari 700.000 warganya mengungsi atau diusir selama perang yang terjadi sebelum berdirinya Israel.
Menteri Pertahanan Benny Gantz memperpanjang penutupan di Tepi Barat, yang diberlakukan menjelang hari libur untuk mencegah warga Palestina memasuki Israel, sehingga tetap berlaku hingga Minggu.
Di Washington, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengutuk “serangan mengerikan yang menargetkan pria dan wanita yang tidak bersalah.”
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang pemerintahannya mengelola zona otonom di Tepi Barat yang diduduki Israel dan bekerja sama dengan Israel dalam bidang keamanan, juga mengutuk serangan itu.
"Pembunuhan warga sipil Palestina dan Israel hanya mengarah pada kerusakan yang lebih parah pada saat kita semua mencoba untuk mencapai stabilitas dan mencegah eskalasi," katanya seperti dikutip kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Baca Juga: Shalat Id dan Perayaan Idulfitri di Kompleks Masjid Al Aqsa Yerusalem Berlangsung Damai dan Meriah
Kelompok militan Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, memuji serangan itu dan mengaitkannya dengan kekerasan di Masjid Al Aqsa.
"Penyerbuan Masjid Al-Aqsa tidak bisa dibiarkan begitu saja," kata juru bicara Hamas Hazem Qassem.
“Operasi heroik di Tel Aviv adalah terjemahan praktis dari apa yang telah diperingatkan oleh perlawanan.”
Kompleks Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan dibangun di puncak bukit yang merupakan situs paling suci bagi warga Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount.
Wilayah itu terletak di jantung emosional konflik, dan warga Palestina dan polisi Israel telah bentrok di sana berulang kali dalam beberapa pekan terakhir.
Di bawah pengaturan informal yang dikenal sebagai status quo, warga Yahudi diizinkan untuk mengunjungi situs tersebut tetapi dilarang berdoa di sana.
Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah mengunjungi dalam jumlah yang terus meningkat dengan pengawalan polisi dan banyak yang diam-diam berdoa.
Kunjungan besar-besaran itu membuat marah warga Palestina serta negara tetangga, Yordania, yang merupakan penjaga situs tersebut.
Baca Juga: Ketegangan di Yerusalem Meningkat, Militan Gaza Tembakkan Roket ke Wilayah Israel
Warga Palestina telah lama khawatir Israel berencana untuk mengambil alih Masjid Al Aqsa atau membaginya.
Israel mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mempertahankan status quo dan menuduh Hamas menghasut kekerasan baru-baru ini.
Sedikitnya 18 warga Israel tewas dalam lima serangan sejak Maret, termasuk serangan penusukan lainnya di Israel selatan, dua penembakan di daerah Tel Aviv, dan penembakan akhir pekan lalu di pemukiman Tepi Barat.
Hampir 30 warga Palestina tewas dalam kekerasan itu – sebagian besar dari mereka telah melakukan serangan atau terlibat dalam konfrontasi dengan pasukan Israel di Tepi Barat.
Israel merebut Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem timur - yang mencakup Al-Aqsa dan situs keagamaan besar lainnya yang suci bagi warga Yahudi, Kristen dan muslim - dalam perang Timur Tengah 1967.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.