KIEV, KOMPAS.TV - Tentara Chechnya disebut sebagai kesatuan yang brutal dan bahkan tega menembak mati prajurit Rusia yang terluka di Ukraina.
Pasukan yang dipimpin Ramzan Kadyrov tersebut juga disebut menjalankan ruang penyiksaan di Bucha.
Berdasarkan laporan yang dikonfirmasi Ombudsman Ukraina untuk Hak Asasi Manusia (HAM), Lyudmila Denisova, pasukan yang disebut Kadyrovtsy itu membunuh rekannya sendiri.
Mereka juga mengoperasikan ruang penyiksaan di pabrik kaca di Jalan Yablonska.
Baca Juga: Pesawat Militer Rusia Langgar Wilayah Udara Swedia, Provokasi Agar Stockholm Tak Gabung NATO?
Anggota Dewan Kota Irpin yang juga Komandan Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina, Artem Hurin mengungkapkan bagaimana pasukan Chechnya tega terhadap rekannya sendiri.
“Mereka akan membawa pasukan Rusia yang terluka ke rumah sakit besar di sana, dan yang terluka parah langsung mereka tembak. Tak lain adalah para Kadyrovtsy yang melakukan hal ini,” kata Hurin dikutip dari Daily Mail.
Hurin juga mengingat kisah-kisah mengerikan dari penduduk yang disiksa dan diperkosa oleh pasukan Rusia.
Mereka juga mengaku melihat bukti warga sipil yang dieksekusi dan tergeletak mati di jalan.
Menurut para penduduk di Bucha, Kadyrovtsy telah mengeksekusi banyak orang sejak 5 Maret.
Salah seorang perempuan warga Bucha mengungkapkan bagaimana ia selama empat hari harus menahan siksaan salah satu anggota Kadyrovtsy dan satu tentara Belarusia, sebelum mereka menembak mati suaminya.
Sementara itu, Wali Kota Bucha Anatoliy Fedoruk mengeklaim tentara Chechnya mengikat pita putih di lengan tahanan yang ditangkap.
Hal itu serupa dengan yang ditemukan di jasad warga sipil yang dieksekusi di kota.
Hurin menegaskan tentara Chechnya itu tak membiarkan warga Bucha pergi dari rumah untuk mencari makan dan air.
“Mereka tak mengizinkan mereka melakukan apa pun. Di sana mereka hanya membunuh orang melalui teropong misalnya. Mereka hanya menembak mereka,” katanya.
Baca Juga: Putin Dirumorkan Menghilang Sementara, Diyakini Operasi Kanker
Bucha sendiri disebut telah menjadi ladang pembantaian massal setelah ditemukan sejumlah jasad di jalanan dan kuburan massal setelah pasukan Rusia mundur dari Kiev.
Otoritas Ukraina menegaskan Rusia yang bertanggung jawab atas pembantaian massal tersebut.
Namun, Rusia membantah telah menargetkan warga sipil dalam invasi mereka ke Ukraina.
Meski begitu, muncul laporan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap anak, penyiksaan serta eksekusi yang diduga dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina.
Sumber : Daily Mail
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.