KIEV, KOMPAS.TV - Rusia dilaporkan telah memulai serangan besar untuk menguasai kawasan Donbass di timur Ukraina. Sejak Senin (18/4/2022), Rusia mulai mengirim serangan intensif ke front yang merentang ratusan kilometer dari utara ke selatan Ukraina.
Otoritas masing-masing pihak mendeskripsikan serangan ini sebagai awal mula fase baru perang. Sejak akhir Maret lalu, Moskow mengumumkan akan beralih ke “tahap kedua” invasi yang berfokus merebut kawasan Donbass.
Keputusan tersebut diambil setelah Rusia gagal menguasai atau mengepung kawasan ibu kota Kiev.
Jika berhasil, serangan ke Donbass akan memberi Vladimir Putin kemenangan penting untuk meyakinkan rakyat Rusia.
Sejauh ini, invasi yang diperintahkan Putin cenderung dianggap kegagalan karena gagalnya Rusia merebut kota-kota penting, banyaknya korban, serta sanksi beruntun Barat yang menimbulkan kesulitan ekonomi dalam negeri.
Beberapa pekan belakangan, pasukan Rusia yang ditarik dari arah Kiev dikonsentrasikan kembali untuk menyerang front timur.
Baca Juga: Gerak Maju Serbuan Besar-Besaran Rusia di Ukraina Timur, kota Kremninna Jatuh Dikuasai Rusia
Kawasan Donbass sendiri telah menjadi medan pertempuran pasukan Ukraina dengan separatis Donetsk dan Luhansk sejak 2014 lalu. Kemerdekaan dua republik ini diakui Rusia sebelum invasi ke Ukraina diluncurkan pada 24 Februari silam.
Selama 24 jam terkini, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen Igor Konashenkov menyampaikan bahwa rudal Rusia telah menghancurkan 13 lokasi senjata dan tentara Ukraina.
Sementara itu, pasukan udara Rusia menghantam 60 fasilitas militer lain milik Ukraina. Rusia juga mengeklaim telah menghantam 1.260 fasilitas militer dan 1.214 titik konsentrasi pasukan Ukraina dengan artileri.
Pada Selasa (19/4) dini hari, militer Ukraina menyebut Rusia telah memulai serangan besar pada Senin (18/4) ketika “penjajah berusaha menembus pertahanan kami hampir di sepanjang garis depan.”
Di lain sisi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengakui bahwa “fase selanjutnya dari operasi ini sedang berlangsung sekarang.”
Front timur Ukraina merentang lebih dari 480 kilometer dari timur laut ke tenggara. Rusia dilaporkan menyerang kota-kota di sepanjang front dengan rudal dan artileri.
Rudal Rusia mengenai Kharkiv di timur laut serta Zaporizhzhia dan Dnipro di tenggara dan tengah kawasan Donbass. Gubernur Kharkiv Oleg Synegubov menyebut lima warga sipil tewas akibat rudal Rusia.
Baca Juga: Serangan Rusia di Ukraina Timur Diperkirakan Akan Jadi Klimaks Perang
Pada Senin (18/4), Rusia disebut berhasil merebut kota Kreminna di Donbass. Pasukan Rusia pun diperkirakan akan melanjutkan laju ofensif ke Slovyansk, kota tempat pasukan separatis menderita kekalahan memalukan pada 2014 silam.
Menurut sekretaris Dewan Keamanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, pasukan Ukraina berhasil bertahan di mayoritas front.
Rusia diduga hendak mengepung pasukan Ukraina yang kini menjaga front Donbass dari barat, sehingga pasukan Ukraina akan terjepit dari kedua sisi.
Untuk melancarkan strategi ini, Rusia dipandang perlu segera merebut Mariupol. Kendati hampir dua bulan digempur, kota ini belum sepenuhnya direbut pasukan Rusia.
Mariupol adalah titik vital untuk mobilitas pasukan Rusia di Donbass. Kota ini akan menyediakan penghubung bagi pasukan Rusia di front dengan pasukan dari Semenanjung Krimea.
Kini, pasukan pertahanan Mariupol dilaporkan masih bertahan di pabrik baja Azovstal. Denys Prokopenko, komandan Resimen Azov dari Garda Nasional Ukraina belakangan ini merilis pesan video bahwa Rusia mulai menjatuhkan bom bunker-buster atau penghancur bungker ke Azovstal.
Sekitar 2.500 pasukan Ukraina dan 400 kombatan asing diperkirakan masih bertahan di kompleks pabrik baja seluas 11 kilometer persegi ini. Warga sipil juga dilaporkan berlindung di sana.
Rusia sendiri telah berulangkali mengultimatum pasukan pertahanan Mariupol agar menyerah atau mati. Namun, pasukan Ukraina enggan menyerah.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyebut gelombang serangan baru Rusia ditujukan untuk menciptakan “kapabilitas kontrol” untuk mempersiapkan serangan yang lebih besar ke Donbass.
Juru bicara Pentagon John Kirby menyebut operasi militer sebenarnya dari Rusia “masih belum tiba.”
Pada Senin (18/4), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut “bagian signifikan dari angkatan bersenjata Rusia” telah dikonsentrasikan untuk pertempuran Donbass. Ia pun menegaskan negaranya tak akan menyerah.
“Tidak peduli berapa banyak pasukan Rusia diterjunkan ke sana, kami akan berjuang. Kami akan mempertahankan diri sendiri,” kata Zelensky.
Baca Juga: Walau Terjebak di Pabrik Baja, Pasukan Pertahanan Mariupol Punya Tekad Baja: Tolak Menyerah ke Rusia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.