Untuk diketahui, Ramos-Horta adalah Presiden Timor Leste periode 2007 hingga 2012.
Bersama Guterres telah saling menyalahkan selama bertahun-tahun, sehingga mengakibatkan terjadinya kelumpuhan politik di negara tersebut.
Pada tahun 2018, Guterres menolak untuk mengambil sumpah sembilan calon Kabinet dari Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste yang dikenal sebagai CNRT.
Partai ini dipimpin oleh mantan perdana menteri dan pemimpin kemerdekaan Timor Leste, Xanana Gusmao, yang mendukung pencalonan Ramos-Horta sebagai presiden.
Baca Juga: Terciduk! Ada Upaya Penyelundupan Mobil Off-Road Klasik dari Timor Leste ke Pulau Jawa
Guterres berasal dari Front Revolusioner untuk Timor Leste Merdeka yang dikenal dengan singkatan Fretilin.
Pihak oposan dari Fretilin ini mengatakan, Ramos-Horta tidak layak menjadi presiden.
Mereka menuduh Ramos-Horta merupakan penyebab krisis ketika menjabat sebagai perdana menteri pada 2006.
Saat itu puluhan orang terbunuh ketika terjadi persaingan politik yang berubah menjadi konflik terbuka di jalan-jalan kota Dili.
Kebuntuan terakhir menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Taur Matan Ruak pada Februari 2020.
Namun dia setuju untuk tetap menjabat sampai pemerintahan baru terbentuk dan untuk mengawasi penanganan pandemi virus corona.
Pemerintahannya telah beroperasi tanpa anggaran tahunan dan mengandalkan suntikan bulanan dari simpanan dana negaranya yang disebut dana perminyakan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.