MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia kembali membantah serang rudal ke Kota Kramatorsk, Ukraina dengan menampilkan sebuah nomor seri yang membuktikan rudal Tochka-U yang jatuh di Kramatorsk milik militer Ukraina.
Seperti dilaporkan RIA Novosti, Minggu (10/4/2022), Kementerian Pertahanan Rusia menyebut foto-foto yang diambil wartawan Barat dengan izin Kiev membuktikan rudal Tochka-U yang menyerang Kramatorsk adalah milik Ukraina.
Saluran TV Donetsk 'Union' menampilkan klaim tersebut.
"Nomor seri roket Tochka-U yang jatuh di stasiun kereta di Kramatorsk kemarin muncul di Web, yaitu Roket 9M79-1, nomor seri Sh91579. Sebelumnya, militan Ukraina menggunakan roket dari seri yang sama," kata saluran tersebut.
RIA Novosti juga melaporkan, nomor seri rudal yang jatuh di Kramatorsk tercantum bersama rudal lain di daftar inventaris Angkatan Bersenjata Ukraina. Dua di antaranya digunakan pada 2015 di Alchevsk dan Logvinovo, yang lain di Berdyansk dan Melitopol.
"Jumlah rudal Tochka-U, yang menewaskan puluhan warga sipil di Kramatorsk, tepat dengan rangkaian rudal yang digunakan Angkatan Bersenjata Ukraina," kata mantan wakil Rada Ilya Kiva di saluran Telegram.
Selain itu, beberapa memperhatikan nomor seri Tochka-U awalnya diburamkan pada rekaman Ukraina, tetapi rekaman dengan nomor yang dapat dibaca muncul di saluran TV asing, misalnya dalam rilis berita TG La7.
Baca Juga: Rusia Bantah Serang Kramatorsk, Sebut Lokasi Peluncuran Rudal justru dari Wilayah Ukraina
Akibat serangan di stasiun kereta api di Kramatorsk, menurut pernyataan kepala Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin, 50 orang tewas termasuk lima anak-anak. Sementara Ukraina melaporkan 52 warga sipil tewas.
Klaim laporan tersebut mengungkapkan, pihak Ukraina mencoba untuk berpura-pura tidak bersalah, namun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan, Angkatan Bersenjata Rusia tidak menggunakan jenis rudal yang digunakan atas Kramatorsk.
Kementerian Pertahanan Rusia juga membantah semua tuduhan dan menekankan bahwa rudal taktis Tochka-U, yang pecahannya ditemukan di dekat stasiun kereta api Kramatorsk dan diterbitkan oleh saksi mata, hanya digunakan oleh militer Ukraina.
Departemen itu mengingat bahwa pada 14 Maret, rudal Tochka-U serupa oleh divisi brigade rudal terpisah ke-19 menyerang pusat Donetsk, yang mengakibatkan 17 orang tewas di tempat dan 36 warga sipil lainnya terluka.
Sementara itu Komandan Milisi Rakyat Republik Donetsk Eduard Basurin melaporkan, pelaku serangan rudal terhadap Kramatorsk adalah brigade Angkatan Bersenjata Ukraina yang sebelumnya menyerang Donetsk.
Sebelumnya, Komite Investigasi Rusia menetapkan bahwa rudal itu ditembakkan oleh brigade rudal terpisah ke-19 Angkatan Bersenjata Ukraina, komandannya adalah Kolonel Yaroshevich.
Baca Juga: Korban Jiwa Serangan Rudal di Kramatorsk Ukraina Bertambah Jadi 52 Orang, Termasuk Lima Anak-Anak
Seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (9/4), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy langsung menuntut tanggapan keras dunia atas serangan tersebut.
Sementara sebagian pemimpin lainnya menuduh militer Rusia sengaja menyerang stasiun yang saat kejadian dipenuhi warga sipil yang ingin mengungsi.
Zelenskyy mengatakan kepada rakyat Ukraina dalam video pidato Jumat malam, upaya akan diambil untuk menetapkan setiap menit siapa yang melakukan apa, siapa yang memberi perintah apa, dari mana rudal itu berasal, siapa yang mengangkutnya, siapa yang memberi perintah dan bagaimana serangan ini disetujui.
Pavlo Kyrylenko, Gubernur regional Donetsk, di Donbas mengatakan, 52 orang tewas termasuk lima anak-anak, dan puluhan lainnya terluka.
"Ada banyak orang dalam kondisi serius, tanpa lengan atau kaki," kata Wali Kota Kramatorsk Oleksandr Goncharenko, seraya menambahkan rumah sakit setempat sedang berjuang untuk merawat semua orang.
Sedangkan, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengecam serangan itu sebagai kejahatan perang, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutnya sama sekali tidak dapat diterima.
Baca Juga: AS Sebut Klaim Rusia Tak Terlibat Serangan Rudal ke Stasiun Kereta Api Ukraina Tidak Meyakinkan
"Hampir kehabisan kata untuk itu," kata Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen, di Ukraina, kepada wartawan.
“Perilaku sinis (oleh Rusia) hampir tidak memiliki patokan lagi.”
Pihak berwenang Ukraina dan pejabat Barat berulang kali menuduh pasukan Rusia melakukan kekejaman dalam perang yang dimulai dengan invasi 24 Februari.
Lebih dari 4 juta orang Ukraina telah meninggalkan Ukraina, dan jutaan lainnya telah mengungsi di dalam negeri.
Beberapa bukti paling mengerikan ditemukan di kota-kota di sekitar ibu kota Ukraina, Kiev, di mana pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin ditarik kembali dalam beberapa hari terakhir.
Sumber : RIA Novosti/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.