Serangan militer ke properti atau populasi sipil dilarang hukum internasional yang mengatur konflik bersenjata.
Juga, serangan ke fasilitas atau tenaga medis secara khusus dianggap bengis oleh hukum internasional. Fasilitas atau tenaga medis wajib dilindungi oleh siapa pun pihak yang terlibat konflik.
Jaksa Agung Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Ahmad Khan telah mengumumkan pembukaan investigasi terhadap dugaan kejahatan perang di Ukraina sejak awal Maret lalu.
Pavlo Kovtoniuk, konsultan Badan Kesehatan Dunia (WHO) asal Ukraina menuduh Rusia mengebom “infrastruktur medis dengan sengaja, menyerang orang-orang sakit seakan-akan mereka tentara.”
“Mengebom rumah sakit amatlah kejam karena itu menunjukkan pada warga sipil bahwa tidak ada tempat aman bagi mereka di dunia ini,” kata Kovtoniuk.
Statistik jumlah serangan Rusia ke fasilitas medis Ukraina sendiri berbeda-beda di tengah invasi. Kementerian Kesehatan Ukraina menyebut 248 fasilitas medis diserang, 13 di antaranya sepenuhnya hancur.
Sementara itu, WHO menghitung 58 fasilitas medis rusak akibat serangan Rusia. Sedangkan dokumentasi Associated Press dan Frontline sejauh ini menghitung ada 34 serangan.
Ahli hukum berpendapat, jaksa pengadilan kejahatan perang yang akan datang kemungkinan menggunakan bukti-bukti yang ada mengenai serangan berulang ke fasilitas medis. Serangan seperti ini dapat dianggap sebagai strategi untuk menghancurkan semangat populasi sipil musuh.
Sejauh ini, serangan Rusia ke fasilitas medis yang didokumentasikan Associated Press dan Frontline antara lain adalah pengeboman rumah sakit anak dan rumah sakit bersalin di Mariupol pada 9 Maret, pengeboman rumah sakit anak di Kharkiv pada 25 Februari, serta serangan ke unit ambulans di Kherson pada 26 Februari.
Perang Ukraina sendiri bukanlah kali pertama Rusia menyerang fasilitas medis. Ketika membantu pemerintahan Bashar Al-Assad dalam perang sipil Suriah, Rusia juga berulang kali mengebom fasilitas medis.
Kelompok advokasi Physicians for Human Rights, yang melacak serangan ke fasilitas atau tenaga medis di Suriah, mendokumentasikan lebih dari 250 serangan ke fasilitas atau tenaga medis sejak Rusia mengintervensi pada 2015.
Baca Juga: Turki Jadi Mediator, Erdogan: Ukraina Tampaknya Sepakat atas 4 Isu Ini, tapi 2 Poin Masih Alot
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.