Selain itu, Seoul saat ini membujuk 63 warganya yang masih berada di Ukraina untuk meninggalkan tempat itu.
Senada dengan Moon, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengecam Rusia yang melanggar integritas teritorial Ukraina. Kishida bahkan mengancam hendak mendiskusikan “aksi tegas” seperti sanksi bersama komunitas internasional.
“Aksi Putin tidak bisa diterima dan kami tegas mengecamnya. Jepang melihat perkembangan ini dengan keprihatinan yang dalam,” kata Kishida.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta menegaskan bahwa Putin tidak punya dasar legal untuk mengakui kemerdekaan separatis di timur Ukraina.
“Kami khawatir kalau ini adalah aksi yang direncanakan Presiden Putin untuk membuat dalih invasi, yang mana akan menjadi bentuk agresi yang sangat jelas. Kami mendesak upaya diplomatis segera untuk mencapai resolusi damai,” tulis Mahuta dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan bahwa Rusia harus “mundur tanpa syarat” dari wilayah Ukraina. Kremlin juga didesak untuk menghentikan ancaman ke negara tetangganya.
“Penting bagi negara-negara yang punya pikiran serupa yang mengecam kelakuan semacam ini untuk bersatu, dan saya dapat memastikan bahwa sekalinya negara-negara lain menempati posisi kuat dan memberlakukan sanksi tegas ke Rusia, kita akan mengunci mereka,” kata Morrison.
Turki, anggota NATO yang selama ini berhubungan baik dengan Rusia dan Ukraina, turut mengecam keputusan Kremlin.
“Kami merasa keputusan Rusia ini tidak bisa diterima dan kami menolaknya,” tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
Barat menyebut Rusia mengonsentrasikan 150.000 pasukan di perbatasan Ukraina untuk persiapan invasi. Langkah Putin yang mengirim pasukan ke Donbass pun dikhawatirkan memperbesar potensi perang.
Baca Juga: Kecam Langkah Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, Ukraina: Perbatasan Kami Tak akan Berubah!
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.