Langkah-langkah tersebut adalah versi keadaan darurat yang tidak terlalu ketat, dan telah diperluas serta diperpanjang sejak Januari. Pembatasan itu termasuk jam kerja yang lebih pendek untuk restoran dengan imbalan subsidi pemerintah dan pembatasan acara publik yang besar.
Jepang menolak menerapkan lockdown karena pemerintah berusaha meminimalkan kerusakan pada ekonomi. Meski begitu, orang Jepang semakin menjadi kurang kooperatif dalam menjaga jarak dan pembatasan lainnya.
Kishida menghadapi kritik atas peluncuran booster yang tertunda dan itupun dianggap berjalan lambat, yang baru dimulai pada bulan Desember bagi pekerja medis. Sejauh ini, hanya 7,2 persen dari populasi yang sudah menerima suntikan booster.
Kishida minggu ini berjanji mempercepat suntikan booster sebanyak 1 juta suntikan per hari pada akhir Februari, tetapi para kritikus mengatakan momentum itu akan hilang pada saat tingkat vaksinasi naik ke tingkat yang efektif.
Pelaksanaan suntikan booster tertunda karena pemerintah lambat dalam memutuskan apakah mereka akan memotong interval delapan bulan antara dua suntikan pertama dan ketiga, meskipun mungkin pemerintahan setempat memiliki kelebihan vaksin dan bisa memberikan suntikan booster lebih awal.
Baca Juga: Penelitian Farmasi di Jepang Simpulkan Ivermectin Efektif Lawan Omicron
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengkritik Kishida karena bersikeras menunggu sampai pasokan vaksin dikirim ke semua kota sehingga mereka dapat memulai suntikan booster pada saat yang bersamaan.
Di Osaka, Gubernur Hirofumi Yoshimura menyatakan "darurat medis" setelah tingkat hunian rumah sakit di prefektur itu melebihi 80 persen.
Yoshimura, dalam pembicaraan daringnya dengan Kishida, meminta dukungan pemerintah dalam mengerahkan pekerja medis dari rumah sakit umum.
Kishida menjanjikan bantuan, dan mengusulkan rencana untuk mendirikan fasilitas medis sementara di Osaka dan Tokyo untuk memberikan perawatan bagi total 1.000 pasien.
Hampir setengah juta orang tanpa gejala atau gejala ringan tinggal di rumah secara nasional.
Kontrol perbatasan yang ketat hingga akhir Februari hujan memicu kritik dari mahasiswa asing, cendekiawan, dan pemimpin bisnis yang mengatakan tindakan itu tidak ilmiah dan merusak profil internasional, ekonomi, dan masa depan Jepang.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.