BEIJING, KOMPAS.TV – Empat hari lalu, Beijing memulai Olimpiade Musim Dinginnya, dan berjanji, event olahraga internasional itu akan berlangsung ‘efisien, aman dan indah’.
China juga menuai pujian atas upaya-upaya yang dilakukan demi memastikan pertandingan olahraga yang bebas virus.
Namun, sejumlah peserta Olimpiade ternyata punya pendapat sendiri tentang gelaran prestisius yang pula menuai boikot diplomatik dari sejumlah negara itu. Menurut mereka, mereka tinggal dan berlatih dalam kondisi yang suram.
Delegasi Swedia misalnya. Mereka menyerukan agar ski lintas alam dimajukan sehari lebih cepat untuk melindungi para atlet dari suhu yang beku.
Seruan ini dilontarkan setelah atlet Swedia Frida Karlsson tampak gemetar dan nyaris tumbang di akhir kompetisi skiathlon perempuan berjarak 15 kilometer, Sabtu (5/2) lalu. Di bawah aturan Federasi Ski Internasional, kompetisi tak diperbolehkan digelar saat suhu merosot hingga di bawah -20 derajat Celsius.
Saat Karlsson berlaga pada Sabtu, suhu yang diukur mencapai -13 derajat Celsius. Namun, pemimpin tim Swedia Anders Bystroem menyatakan kepada para jurnalis bahwa suhu mendekati -31 derajat Celsius saat angin dingin menerpa.
“Kami punya batasan dingin, tapi saya tak tahu jika mereka juga mengukur dampak angin,” ujar Bystroem seperti dilansir dari BBC, Selasa (8/2).
Baca Juga: Empat Hari Bergulir, Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 Tuai Rekor Baru
Sejumlah kasus Covid-19 yang menimpa atlet dan tim ofisial juga dilaporkan terjadi.
Demi memastikan virus tak mendekat, China melarang penonton asing dan melarang penjualan tiket pada khalayak ramai.
Tim media, atlet dan para pengamat berinteraksi dalam area bubble tertentu, dengan syarat harus sudah divaksin lengkap, atau menjalani 21 hari karantina.
Menurut aturan China, mereka yang bergejala
akan dibawa ke rumah sakit yang telah ditunjuk, sementara mereka yang tak bergejala akan tinggal dalam fasilitas isolasi.Mereka yang terinfeksi akan menjalani isolasi hingga mereka terbukti negatif dua kali 24 jam. Setelahnya, mereka akan dibebaskan untuk berinteraksi dalam bubble.
Namun, pembalap Belgia Kim Meylemans menuding panitia Olimpiade telah melemparnya dari satu fasilitas isolasi ke fasilitas lainnya.
“Kami bahkan tak yakin saya akan diperbolehkan kembali ke kampung (Olimpiade),” katanya sambil menangis dalam unggahan video di media sosialnya.
“Saya tak yakin bisa melalui 14 hari lagi dan kompetisi Olimpiade selagi berada dalam isolasi.”
Komite Olimpiade Internasional (IOC) kemudian menyatakan, Meylemans diberi sebuah kamar di area Kampung Olimpiade demi mendukung kondisinya.
Baca Juga: Atlet Taiwan Kenakan Seragam Timnas China saat Berlatih di Olimpiade Beijing, Tuai Kecaman
Peseluncur cepat Polandia Natalia Maliszewska juga mengeklaim, ia dilepaskan secara tak terduga dari karantina pada malam sebelum bertanding, hanya untuk dikirim kembali ke fasilitas isolasi beberapa jam sebelum berlaga setelah ia terbukti positif Covid.
“Saya tak percaya apa-apa lagi sekarang. (Saya tak percaya) tes. Olimpiade. Ini semua lelucon besar buat saya,” cuitnya di Twitter dalam bahasa Polandia.
Terpisah, atlet biathlon Rusia Valeria Vasnetsova mengungkap rasa frustasinya dengan makanan yang disediakan selama isolasi.
Lewat unggahan di Instagramnya, ia membagikan foto makanan yang ‘disebutnya merupakan
‘sarapan, makan siang dan makan malam selama 5 hari berturut-turut.’ Foto itu memperlihatkan makanan berupa pasta biasa, kentang, dan sepotong daging tanpa sayur.Baca Juga: China Pilih Atlet Uighur Nyalakan Api Olimpiade Musim Dingin, Propaganda Hindari Tuduhan Genosida?
Sementara itu, pada para wartawan, Senin (7/2), Direktur Olahraga IOC Kit McConnell menyatakan, kondisi isolasi para atlet merupakan prioritas utama dan mereka tengah menempuh langkah-langkah untuk mengatasi tantangan terkait sejumlah kondisi individu.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.