Jin pun berkomentar terkait kemungkinan Amerika Serikat (AS) akan melakukan respons militer ke usaha China untuk mengambil alih Taiwan.
“China telah memiliki kemampuan untuk menyatukan Taiwan dengan paksaan dalam sepakan dan PLA bisa mengalahkan militer AS dalam jarak 1.000 mil laut dari garis pantai,” ujarnya.
Ia meyakini PLA telah memiliki strategi untuk menjaga kapal Angkatan Laut (AL) AS untuk keluar dari perairan China.
Mereka juga telah menyempurnakan kemampuannya untuk meluncurkan serangan rudal terhadap pasukan AS di sana.
Jin juga menegaskan Jepang tak boleh ikut campur terhadap kondisi darurat China.
“AS sudah tak mungkin bisa menang melawan China dalam hal ini. Jika Jepang ikut campur, China tak akan memiliki pilihan lain kecuali mengalahkan Jepang. Jepang harus menyadari perubahan baru tengah terjadi,” tuturnya.
Ia juga skeptis unifikasi damai bisa terjadi antara China dan Taiwan.
“Sangat sulit dengan kekuasaan yang berada di tangan Presiden Partai Demokrasi Progresif, Tsai Ing-wen. Jika kandidat (oposisi) Kuomitang memenangkan pemilihan Presiden pada 2024, hubungan akan meningkat, tetapi Kuomintang tak memiliki dukungan,” katanya.
Baca Juga: China Sebut Ada Negara yang Coba Sulut Perpecahan, Sindir Siapa sih?
Jin pun menegaskan Taiwan harus memulai pembahasan terkait unifikasi jika tak ingin serangan militer terjadi.
“Satu-satunya pilihan mereka harus berbicara dengan China daratan secepatnya. Semakin lama, akan semakin tak menguntungkan untuk Taiwan,” ujarnya.
China hingga saat ini masih menganggap Taiwan masuk dalam wilayahnya, dan menyebut mereka sebagai provinsi yang kabur.
Sedangkan Taiwan menegaskan, negara kepulauan itu merupakan negara merdeka dan berdaulat setelah perang sipil pada 1949.
Sumber : Nikkei Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.