Kompas TV internasional kompas dunia

Di Inggris, Penipu Gondol Triliunan Rupiah dari Orang-Orang Kesepian di Dating Apps

Kompas.tv - 11 Januari 2022, 03:40 WIB
di-inggris-penipu-gondol-triliunan-rupiah-dari-orang-orang-kesepian-di-dating-apps
Ilustrasi. Penipu memanfaatkan platform perkencanan untuk menggondol triliunan rupiah di Inggris Raya. (Sumber: pixabay.com)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

LONDON, KOMPAS.TV - Perkembangan teknologi dan platform perkencanan turut mengundang penipu beraksi melalui medium ini. Belakangan, di Inggris Raya, penipu dilaporkan meraup triliunan rupiah dari korban pengguna dating apps.

Aksi yang kerap disebut “penipuan romantis” itu tidaklah baru. Namun, perkembangan budaya kencan daring membuatnya lebih mudah dan timbul korban lebih banyak.

Pandemi Covid-19 turut menyebabkan lonjakan jumlah korban penipuan. Action Fraud, pusat pelaporan penipuan dan kejahatan siber Inggris Raya, melaporkan kenaikan kasus selama pandemi.

Menurut Action Fraud, ada 8.863 kasus yang dilaporkan ke National Fraud Intelligence Bureau (NFIB) sepanjang November 2020 hingga Oktober 2021, naik dari periode sebelumnya.

Kerugian yang ditimbulkan pun hampir 92 juta paun. Jika dirupiahkan, nilainya sekitar 1,7 triliun rupiah (kurs 10 Januari).

Action Fraud menyebut kasus yang dilaporkan hanyalah puncak gunung es. Pasalnya, korban “penipuan romantis” umumnya malu melapor.

Baca Juga: Patok Tarif Rp 25-35 Juta, Pelaku Penipuan Rekrutmen Pegawai Pemkot Bekasi Ditangkap!

Olivia James, seorang terapis trauma, menjelaskan mengapa penipuan melalui platform perkencanan terlihat menggiurkan.

“Kebanyakan kita punya luka terkait usia, penampilan, dan hubungan masa lalu yang membuat kita rentan kepada seseorang yang menjanjikan cinta,” kata James kepada The Guardian.

Menurutnya, korban sulit lepas kendati sudah curiga, tergoda untuk mengabaikan keraguan dan ingin mempercayai apa yang diyakini.

“Terkadang orang punya firasat (ditipu), tetapi ketakutan akan ditinggalkan terlalu besar,” lanjutnya.

Kesepian disebut menjadi akar jenis penipuan yang semakin berkembang ini. Salah seorang korban, Keith Grinsted mengaku tahu banyak orang akhirnya tertipu “pasangan” di dating apps karena kesepian.

Grinsted sendiri pernah tertipu, kendati tak sampai keluar uang. Ia pun mendirikan kelompok dukungan, Goodbye Lonely, untuk menampung korban serupa yang ingin meringankan beban dengan berbagi cerita atau saling mendukung.

Tahun lalu, Grinsted bertemu dengan Tina di platform perkencanan. Ia kepincut dengan “pasangan” barunya itu hingga membahas kemungkinan tinggal bersama.

Baca Juga: Divonis Mati, Pembunuh Berantai Dating Game Killer Meninggal Dunia di Usia 77 Tahun

Tina kemudian mengaku sedang hidup berkubang kemiskinan. Kepada Grinsted, ia bilang mengunjungi saudaranya yang sakit di Amerika Serikat saat lockdown.

Tina ingin kembali ke Inggris tetapi tidak punya biaya. Ia pun minta dikirimi uang oleh Grinsted.

Grinsted tak memenuhi permintan tersebut. Ia lalu menawarkan diri untuk memesankan tiket pesawat untuk Tina. Tak lama kemudian, Tina menghilang.

“Kukira aku telah menemukan seseorang yang luar biasa,” kata pria 69 tahun ini.

“Ketika segalanya berantakan, aku sengaja begadang, aku tidak ingin hari esok tiba dan aku merasa lebih buruk. Butuh waktu panjang untuk memulihkan diri,” imbuhnya.

Korban lain, Anna, mengira telah menemukan calon suami penyayang setelah mengalami pernikahan abusif. Namun, kini, Anna merasa sosok calon suami itu hanyalah tokoh rekaan geng kriminal untuk memeras dirinya.

Anna berkenalan dengan Andrew, seorang yang mencitrakan diri sebagai importir makanan ganteng asal Bulgaria, melalui platform perkencanan.

Anna sangat senang bercakap dengan Andrew. Mereka kerap berbalas pesan dan bertelepon atau melakukan panggilan video selama berjam-jam hampir tiap hari.

“Dia menyiramiku dengan cinta dan afeksi. Jika kamu membayangkan permen kapas, aku stiknya dan dialah gula yang menyelimutiku. Aku merasa sedang melayang,” kata Anna.

Baca Juga: Buronan Penipuan Investasi Modal Alkes Akhirnya Ditangkap, Ternyata Ngumpet di Vila Gunung Salak

Mereka berdua kemudian merencanakan pertemuan pertama. Ketika mendekati hari H, Andrew tiba-tiba mendapat urusan bisnis mendesak yang mengharuskannya ke Prancis.

Selanjutnya, Andrew selalu bilang dalam posisi sibuk karena bisnis. Lebih jauh, Andrew jadi sering kena masalah dan tidak punya uang untuk menyelesaikannya.

Anna pertama kali mengirim uang ke Andrew lima pekan usai mereka dipertemukan platform perkencanan.

Andrew mengaku kena biaya tak terduga saat hendak mengimpor makanan. Setelah dikirimi, permintaan Andrew semakin menjadi, berkali-kali meminjam uang untuk biaya pengapalan.

Setelah itu, ia mengaku putrinya mati dan butuh uang untuk pemulangan jenazah dan pemakaman. Anna minta diperlihatkan tagihannya.

Itu terlihat asli. Ia kemudian mentransfer uang ke rekening yang diklaim sebagai penyedia jasa pemakaman di Prancis.

Setiap kali merasa curiga, Anna merasa Andrew selalu punya alasan kuat untuk membuatnya percaya.

“Aku akan terisap lagi ke gelembung cintanya yang mahakuat. Aku juga mendapatkan tagihan untuk banyak hal dan dia selalu bisa menjelaskan,” katanya.

Baca Juga: Melihat Cinta Tak Bersyarat dalam Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Puncaknya terjadi pada Maret 2021. Alasan Andrew kini lebih serius: ia mengeklaim disandera rentenir dan disiksa dan dipatahkan lengannya dan tidak akan dibebaskan sebelum utangnya dilunasi.

Anna merasa khawatir. Ia kemudian mencari info ke grup Facebook orang Prancis dengan mengunggah foto Andrew. Seorang pengguna memberinya jawaban mencengangkan.

“Seorang perempuan mengontakku dan memberi tahu kalau pria yang kutanyakan adalah seorang aktor Meksiko-Argentina, Juan Soler. Dia berusaha menjelaskan kalau aku sudah ditipu, tetapi aku tidak bisa memercayainya,” katanya.

“Aku menggarisbawahi kalau kami pernah melakukan panggilan video, tetapi dia memberi tahuku bahwa Andrew menggunakan teknologi untuk menumpangtindihkan gambar bergerak,” lanjut Anna.

Walaupun Andrew sudah kedapatan memakai foto Juan Soler, ia mengaku akan memberi penjelasan dan Anna memercayainya. Anna pun mengirim uang ke rekening rentenir.

Selama berhubungan dengan pasangan virtualnya itu, total kerugian Anna mencapai 350.000 paun atau sekitar 6,7 miliar rupiah.

Baca Juga: Orang Indonesia Paling Mudah Terjaring Penipuan Lewat Spam

Menurut Olivia James, sikap seperti Anna umum ditunjukkan korban “penipuan romantis”. Mereka cenderung mengabaikan tanda-tanda penipuan karena ingin berkomitmen terhadap hubungan.

“Bagi sebagian orang, terdapat elemen fantasi penyelamatan juga. Jika mereka bisa menolong orang ini, mereka akan menjalin hubungan romantis yang selamanya bahagia,” kata James.

Selain kerugian finansial, kejahatan jenis ini juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental. 

“Romantika daring ini bisa membuat orang merasa telah menemukan seorang ksatria atau wanita dengan zirah bersinar, karena mereka disirami afeksi yang mungkin tidak mereka terima sebelumnya,” lanjut terapis yang berpraktik di London ini.

Praktik grooming dan semakin canggihnya teknologi perkencanan membuat fenomena ini awet. Menurut Dan Parkinson dari kepolisian London, laporan penipuan dari platform perkencanan meningkat sejak 2017.

Di lain sisi, korban merasa malu akan dihakimi karena terjebak dalam penipuan semacam itu. Hasilnya, korban pun enggan melapor dan cenderung beralih ke kelompok dukungan sejawat.

Baca Juga: Bertaruh Nyawa demi Cinta Beda Agama di Tengah Kekuasaan Nasionalis Hindu India


 




Sumber : The Guardian




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x