Delapan orang dipastikan meninggal dunia karena membeku. Sedangkan yang lain diduga karena kekurangan oksigen, terlalu lama menghirup gas yang berasal dari pemanas mobil.
Menurut otoritas setempat, badai salju tiba dengan ganas dan tidak disangka-sangka. Timbunan salju disebut mencapai 1,5 meter dalam waktu beberapa jam.
“Ini tidak diduga-duga. Ada angin kuat, pohon tumbang, dan longsoran salju; orang-orang ketakutan,” kata Tariq Ullah, pejabat daerah Nathiagali yang dekat lokasi kejadian, kepada AFP via BBC.
Petugas penyelamat pun kesulitan mengakses lokasi karena dampak badai salju serta kemacetan.
Kashif Ali, seorang turis dari Islamabad, menyebut tidak ada peringatan badai salju di sekitar Murree sebelum kejadian. Ia bersama rombongannya selamat usai berjalan kaki hingga menemukan sebuah pondok.
“Kita tidak mendapat peringatan apa pun dari masyarakat, pemerintah, atau Google, atau berita, atau cuaca,” katanya.
Kendati badai salju tidak terprediksikan, diamnya pemerintah atas timpangnya jumlah wisatawan dan daya dukung fasilitas disorot berbagai pihak.
Menurut koresponden BBC di Pakistan, Farhat Javed, hanya ada tempat bagi sekitar 5.000 mobil di Murree. Namun, pada Jumat (7/1/2022), sekitar 100.000 pengunjung dibolehkan masuk kota itu.
Jalan utama ke Murree sendiri merupakan tinggalan pemerintah kolonial Inggris Raya pada abad 19.
Menanggapi peristiwa ini, pemerintah negara bagian Punjab berjanji “investigas tingkat tinggi” dan akan menghukum pihak terkait jika terbukti ada kelalaian.
Baca Juga: Hujan Salju di Pakistan, 22 Orang Meninggal Terjebak di Mobil Karena Hipotermia
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.