NEW YORK, KOMPAS.TV - Varian baru dari Covid-19, Omicron menyumbang 95% dari infeksi virus Corona yang terjadi pekan lalu di Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan oleh pejabat kesehatan AS.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) memposting perkiraan terbarunya pada Selasa (4/1/2022).
Pihak CDC menggunakan data pengawasan genom untuk membuat proyeksi tentang versi virus Covid-19 mana yang menyebabkan infeksi baru paling banyak di AS.
Perkiraan terbaru menunjukkan perubahan dramatis, di mana versi virus Corona paling banyak pada bulan lalu masih didominasi varian delta.
Baca Juga: Waspada, Kasus Corona Omicron Terus Bertambah
Mulai akhir Juni, varian Delta adalah versi utama yang menyebabkan infeksi di AS. Pada akhir November lalu, CDC mengatakan lebih dari 99,5% virus Corona yang tersebar merupakan varian delta.
Perkiraan CDC didasarkan pada spesimen virus Corona yang dikumpulkan setiap minggu melalui laboratorium universitas dan komersial serta departemen kesehatan negara bagian dan lokal.
Para ilmuwan menganalisis urutan genetik mereka untuk menentukan versi virus Covid-19 mana yang paling banyak ditemukan.
Namun, spesimen tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Lebih dari 2,2 juta kasus dilaporkan pada minggu lalu di AS.
Pihak CDC telah merevisi perkiraan selama beberapa minggu terakhir karena mendapatkan lebih banyak data.
Mengenai semakin melonjaknya kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam, Presiden Joe Biden mengingatkan warganya untuk memperhatikan namun tidak perlu khawatir.
Ia menyatakan, hingga saat ini vaksinasi masih sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus.
Baca Juga: Akui Pemerintah AS Buta Kemunculan Omicron dan Delta, Kamala Harris Ungkap Ketakutannya
“Anda masih bisa terkena Covid-19, tetapi sangat tidak mungkin, sangat tidak mungkin, bahwa Anda akan menjadi sakit parah,” kata Biden ketika berbicara tentang orang yang divaksinasi.
"Tidak ada alasan, tidak ada alasan bagi siapa pun yang tidak divaksinasi. Ini akan terus menjadi pandemi bagi mereka yang tidak divaksinasi," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Biden juga berencana untuk menggandakan pesanan obat anti-virus yang diproduksi oleh Pfizer yang baru-baru ini disahkan oleh FDA.
Obat ini terbukti dapat untuk mencegah penyakit berkembang menjadi serius dan mencegah kematian akibat Covid-19.
Secara total AS telah memesan 20 juta dosis obat Covid-19, dengan 10 juta pil pertama akan dikirimkan pada bulan Juni mendatang.
“Obat ini akan menjadi pengubah permainan dan memiliki potensi untuk mengubah dampak COVID-19 secara dramatis,” kata Biden tentang pil tersebut.
Baca Juga: Jokowi Ingatkan saat Indonesia Diserang Covid-19 Varian Delta: Yang Ada Kengerian...
Namun demikian, Biden menghadapi tekanan untuk meningkatkan pengujian nasional, karena orang-orang berusaha untuk menentukan apakah mereka atau anggota keluarga mereka telah terinfeksi varian tersebut.
Antrean panjang dan suasana kacau untuk melakukan tes selama liburan, telah menodai citra pemerintah.
“Saat pengujian, saya tahu ini tetap membuat frustrasi. Percayalah itu pun membuat saya frustrasi, tetapi kami sedang melakukan perbaikan,” kata Biden.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.