Analisis baru menunjukkan, proyeksi dampak kenaikan permukaan air laut di Bahama tahun 2050 meremehkan luasan lahan daratan yang akan hilang.
Peta topografi yang baru bahkan menunjukkan sebagian besar wilayah negara dalam bahaya. Sebagian besar wilayah Bahama terbilang miskin dan para penduduk Bahama meyakini bahwa cuaca akan menjadi lebih ekstrem.
Salah satu cuaca ekstrem yang pernah tercatat adalah Badai Dorian yang menghantam Bahama di tahun 2019. Dua tahun berjalan, dan sampai detik ini, mereka masih juga belum tahu berapa banyak korban yang tewas akibat badai dahsyat itu.
“Buat saya, ini sungguh mengkhawatirkan karena pulau-pulau kami akan segera tenggelam sekarang ditelan oleh naiknya air laut. Ini harus berhenti,” katanya.
“Jika kami beruntung, kami bisa jadi pengungsi. Tapi kalau tidak, kami akan ditelan oleh air laut atau tersapu badai yang jauh lebih ekstrem.”
Baca Juga: Negaranya Makin Tenggelam Akibat Perubahan Iklim, Menlu Tuvalu Pidato di Pantai Untuk KTT Iklim PBB
Davis pula mengungkap ketakutannya akan janji-janji dan komitmen dalam COP26 yang sifatnya tak mengikat. Mereka bukan janji, kata Davis, dan bisa dihapus setiap saat ketika pemerintahan berganti.
“Perubahan politik adalah musuh kesuksesan. Kita harus menemukan cara dan mekanisme untuk memastikan bahwa perubahan politik tak akan memperlambat kemajuan,” ujarnya.
“Sebab, pada akhirnya, yang menentukan adalah perilaku para pemimpin,” pungkasnya.
Sumber : Sky News/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.