Airfinity memperkirakan stok vaksin Covid-19 yang dimiliki Jepang akan mulai memasuki jendela dua bulan menjelang kedaluwarsa pada sekitar akhir tahun ini.
Asumsinya Jepang mulai memberikan suntikan booster kepada warga yang lebih tua, sekitar delapan bulan setelah dosis kedua mereka. Lebih dari 100 juta dosis akan jatuh dalam periode itu pada Maret tahun depan.
Jepang mendistribusikan dosis Pfizer dan Moderna kepada pihak berwenang setempat saat menerimanya, dan tidak mencatat tanggal kedaluwarsa secara khusus, menurut Sekretariat Kabinet.
Sementara itu, negara tersebut telah meningkatkan donasi vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca, yang terbatas pada kelompok usia yang lebih tua di Jepang, untuk meminimalkan pemborosan.
Dengan permintaan dosis dari pembuat vaksin lain yang diperkirakan akan menurun, Tokyo perlu mempertimbangkan opsi serupa untuk kelebihan pasokan yang akan segera terjadi, mengingat masa dan rentang kedaluwarsa versus kebutuhan logistiknya untuk mencapai target vaksinasi.
Baca Juga: Distribusi Vaksin Dunia Timpang, Menlu RI: Covax Facility Cara Paling Tepat
Produsen vaksin Covid-19 berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan 12,2 miliar dosis pada akhir tahun ini, cukup untuk menyuntik sepenuhnya seluruh populasi dunia yang berusia 12 tahun ke atas.
Tetapi banyak dari pasokan ini telah dijanjikan ke negara-negara maju, dan kampanye vaksinasi di negara-negara berkembang akan terus tertinggal tanpa pengaturan pembagian yang terencana dengan baik.
Lebih dari 300 juta dosis telah dikirimkan melalui COVAX hingga saat ini, jauh di bawah target awal 2 miliar dosis pada akhir tahun.
Batu sandungan lainnya melibatkan jaringan logistik rantai dingin yang belum berkembang di negara-negara berkembang.
Perekonomian negara maju juga dianggap perlu memberikan dukungan di bidang ini.
Malawi memusnahkan 20.000 dosis vaksin Covid-19 yang kedaluwarsa pada bulan Mei lalu, sementara Republik Demokratik Kongo mengembalikan ke COVAX 1,3 juta dosis vaksin Covid-19 yang berisiko kedaluwarsa sebelum dapat diberikan kepada warga mereka.
Seorang perwakilan GAVI yang bergabung dalam inisiatif COVAX WHO mengatakan, banyak negara kaya harus menyumbangkan vaksin Covid-19 yang masih punya masa kedaluarsa lebih panjang dan dengan cara yang lebih terencana dan terorganisir dengan baik.
Sumber : Kompas TV/Nikkei
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.