BRUSSELS, KOMPAS.TV - Jatuhnya Kabul ke tangan Taliban dan upaya evakuasi internasional yang kacau menunjukkan bahwa Eropa perlu mengembangkan kapasitas militernya sendiri secara independen dari Amerika Serikat.
Demikian dinyatakan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell seperti dilansir France24, Senin (23/08/2021).
Dalam sebuah wawancara dengan AFP, seperti dilansir France24, Borrell mengatakan kekuatan Eropa akan kesulitan mengevakuasi warga Eropa dan sekutu Afghanistan mereka sebelum Amerika Serikat mengakhiri operasinya di Bandara Kabul, mungkin paling cepat 31 Agustus.
Beberapa sekutu Amerika Serikat sudah meminta Washington memperpanjang batas akhir 31 Agustus ini, seperti yang dipastikan Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada hari Jumat. Alasannya, tanpa perlindungan dari 6.000 tentara AS yang dikerahkan di bandara, operasi evakuasi Uni Eropa mungkin harus dihentikan.
Runtuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung Barat secara mengejutkan, suasana kacau di bandara dan ketakutan bahwa generasi baru pengungsi Afghanistan mungkin mencoba untuk pergi ke Eropa, telah menghidupkan kembali pembicaraan bahwa Eropa perlu memiliki kekuatan untuk bertindak sendiri.
Misi diplomatik Uni Eropa di Kabul punya 400 staf dan anggota keluarga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk beremigrasi ke Eropa, tetapi hanya 150 orang yang baru bisa dievakuasi, sementara beberapa pesawat yang dikirim oleh militer Uni Eropa terbang setengah kosong.
Sepertiga penumpang dalam penerbangan yang tiba di Spanyol hari Sabtu kemarin adalah orang Amerika Serikat, kata Borrell dalam wawancara tersebut.
"Masalahnya adalah akses ke bandara, di mana pemeriksaan AS dan langkah-langkah keamanan di sana sangat ketat. Sehingga menghambat masuknya staf Uni Eropa di Afghanistan," kata Borrell.
Dia menambahkan bahwa Brussels telah meminta Washington untuk menunjukkan "lebih banyak fleksibilitas".
Baca Juga: Makin Darurat, Menhan AS Aktifkan Armada Udara Cadangan untuk Evakuasi Warga dari Kabul
Para pembuat kebijakan Eropa khawatir peristiwa di Kabul tidak akan terjadi sekali ini saja, dan krisis masa depan di Irak atau di wilayah Sahel di Afrika Barat dapat memerlukan misi militer serupa untuk mengamankan warga dan kepentingan Eropa, mungkin tanpa dukungan AS.
"Saya sangat menyesali keadaan yang telah terjadi, tetapi tidak ada yang meminta pendapat Eropa," katanya.
“Beberapa negara harus bertanya pada diri mereka sendiri tentang sekutu Amerika Serikat yang, seperti yang dikatakan Joe Biden, tidak ingin berperang demi mereka."
"Orang-orang Eropa tidak punya pilihan. Kita harus mengatur diri kita sendiri untuk menghadapi dunia seperti apa adanya dan bukan dunia seperti yang kita impikan."
Uni Eropa telah mengembangkan apa yang disebut Borrell sebagai "kompas strategis" baru, sebuah kerangka kerja 27 negara anggota agar bisa bertindak bersama untuk menggunakan lebih banyak kekuatan diplomatik dan militer, serta mengembangkan lebih banyak dari apa yang Presiden Prancis Emmanuel Macron sebut sebagai "otonomi strategis".
Baca Juga: Perempuan AS Dicambuk dan Menyaksikan Pembunuhan Taliban: Tolong Evakuasi Kami Pak Presiden
Ketika peristiwa berlangsung di Kabul, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, yang menjadi tuan rumah KTT para pemimpin Uni Eropa, mengunggah pernyataan di media sosial Twitter, "Situasi di Afghanistan bukanlah kisah sukses bagi masyarakat internasional."
“Kita harus menganalisis bagaimana Uni Eropa dapat lebih jauh menyebarkan kemampuan dan secara positif memengaruhi hubungan internasional untuk mempertahankan kepentingannya. Otonomi strategis Uni Eropa tetap menjadi agenda utama kami.”
Bagi Borrell, hal itu perlu dan harus mencakup kekuatan reaksi militer gabungan yang dapat dikerahkan setiap saat.
"Kami akan mengusulkan kepada Uni Eropa sebuah pasukan ekspedisi berkekuatan 50.000 tentara, yang mampu bertindak dalam keadaan seperti yang kita lihat di Afghanistan," kata Borrell.
"Pada bulan September saya akan mengunjungi Irak, Tunisia dan Libya. Krisis berikutnya akan terjadi di Irak dan Sahel," katanya.
"Eropa hanya merespons dalam krisis dan Afghanistan bisa membangunkan (Eropa). Saatnya kini telah tiba untuk memberikan Uni Eropa kekuatan militer yang mampu berperang jika perlu."
Sumber : France24/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.