Kemunculan Taliban awalnya mendapat sambutan besar dari masyarakat Afghanistan. Sebab, Taliban berjanji dapat memulihkan perdamaian dan keamanan di sana.
Kemudian, Taliban berhasil berkuasa di Afghanistan pada periode 1996-2001. Taliban memerintah sebagai penguasa otoriter dengan memberlakukan hukuman keras pada pezina, pembunuh, dan pencuri.
Di sisi lain, mereka melarang perempuan bersekolah dan membatasi kegiatan mereka di luar rumah. Perempuan wajib mengenakan burqa yang menutupi seluruh tubuh, termasuk wajah.
Pada Desember 2001, gabungan kekuatan panglima Mujahidin dan tentara asing pimpinan Amerika Serikat menggulingkan Taliban, hanya 3 bulan setelah serangan 11 September.
Sejak itu, Taliban melancarkan perlawanan gerilya terhadap pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat dan sekutu NATO.
Taliban dan Palestina
Taliban memiliki asal-usul geografis dan teologi yang berbeda dengan Hamas di Palestina.
Baca Juga: China dan Taliban Afghanistan Memulai Kemesraan Penuh Duri Pasca Amerika Serikat
Hal ini merujuk makalah berjudul Hamas, Taliban, and The Jewish Underground: An Economists' View of Radical halaman 10-11, yang ditulis Eli Berman pada September 2003.
“Keduanya berkembang menjadi milisi yang memproduksi barang publik lokal dengan menggunakan kekerasan. Kesamaan ini bukan tanpa batasan," tulis Eli Berman.
"Satu perbedaan adalah Hamas memandang sebagian besar orang Palestina sebagai anggota potensial, sedangkan Taliban tampaknya melihat mayoritas orang Afghanistan sebagai yang harus ditaklukkan," lanjutnya.
Konflik Palestina sendiri tidak hanya melibatkan Hamas dan Israel. Di dalam Palestina, ada pula kelompok Fatah yang berselisih jalan dengan Hamas.
PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) dari faksi Fatah umumnya mengupayakan jalan damai. Sementara, Hamas memilih jalan kekerasan dalam perjuangan negara mereka.
Meski ada perbedaan pandangan, nyatanya Taliban pun memerhatikan isu kemerdekaan Palestina. Pada 2008, Taliban pernah mengeluarkan pernyataan ajakan jihad pada umat Islam seluruh dunia.
“Kami berharap Umat Islam meninggalkan kelalaian, bangkit dan mengobarkan ... jihad dan secara praktis membantu umat Islam Palestina, Irak dan Afghanistan,” tulis mereka pada 29 Desember 2008.
Saat Taliban berkuasa kembali, Hamas pun menyampaikan selamat atas keberhasilan itu.
“Selamat pada muslim Afghani atas kejatuhan pendudukan Amerika di seluruh teritori Afghani,” tulis Moussa Abu Marzouk, pejabat senior Hamas pada Senin (16/8/2021).
Baca Juga: Penerbangan Kembali Berlangsung di Bandara Kabul, Afghanistan, Setelah Kemarin Kusut dan Kacau
Tak cuma itu, sebelumnya jajaran pemimpin Hamas pun bertemu dengan Taliban usai serangan Israel ke Jalur Gaza pada Mei 2021.
Di sisi lain, pihak PLO dan Fatah mengecam Taliban lewat sebuah unggahan di Facebook. Anggota komite PLO Ahmad Majdalani menyebut Taliban sebagai teroris.
“Taliban ini adalah Taliban yang sama, pasukan brutal dan jahat yang menghasilkan ISIS dan Al-Qaeda. Dan terkait seluruh bentuk ekstremisme dan terorisme, rakyat Arab dan Islam adalah orang pertama dan paling banyak terdampak karenanya,” tulis Majdalani.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.