Sebagai perbandingan, kelompok pemberontak Taliban, dengan jumlah yang lebih sedikit, persenjataan yang kurang canggih dan tak punya kekuatan udara, terbukti lebih unggul.
Intelijen AS telah memandang remeh keunggulan itu. Bahkan setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada April lalu akan menarik seluruh pasukan AS, intelijen AS tidak memperkirakan serangan akhir Taliban yang sukses dengan begitu spektakuler.
Baca Juga: Rusia Klaim Presiden Ashraf Ghani Tinggalkan Afghanistan dengan 4 Mobil dan 1 Helikopter Penuh Uang
Stephen Biddle, profesor Hubungan Internasional dan Umum di Universitas Columbia menyebut, pengumuman penarikan pasukan AS oleh Biden memicu keruntuhan pasukan Afghanistan.
“Penarikan pasukan AS mengirim sinyal secara nasional dan tiba-tiba, yang dibaca oleh semua orang dengan cara yang sama,” kata Biddle yang merupakan mantan penasihat komandan perang AS di Afghanistan. Sebelum pengumuman penarikan pasukan pada April, terang Biddle, pemerintah Afghanistan pelan tapi pasti, kalah perang.
“Saat mereka menyadari bahwa mitra Amerika mereka akan pulang, dorongan untuk menyerah tanpa perlawanan pun menyebar seperti api,” imbuh Biddle.
Sejumlah unsur tentara Afghanistan memang melawan dengan keras, termasuk pasukan komando yang beraksi heroik namun luput dari perhatian. Namun, secara keseluruhan, kejatuhan pasukan Afghanistan merupakan efek domino yang dipicu kegagalan para pemimpin sipil dan militer AS. Ini diungkapkan Anthony Cordesman, analis perang Afghanistan di Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Baca Juga: Jenderal Muda dan Tampan Afghanistan Naik Daun, Pimpin 20.000 Tentara Melawan Kelompok Taliban
AS Sumbang Dana Besar-Besaran untuk Bangun Tentara Afghanistan
Latihan pembangunan kekuatan Afghanistan sangat bergantung pada sumbangan AS, hingga Pentagon bahkan membayar gaji pasukan Afghanistan.
Kerap, uang yang mengalir, juga pasokan bahan bakar yang tak terhitung, dikorupsi oleh para pejabat dan pengawas pemerintah korup, yang menyulap kebutuhan belanja anggaran di atas kertas. Mereka menciptakan ‘tentara hantu’ agar dolar tetap mengalir.
Dari sekitar USD145 miliar yang dihabiskan pemerintah AS untuk membangun kembali Afghanistan, sekitar USD83 miliar dialokasikan untuk mengembangkan dan melanjutkan kekuatan tentara dan polisi.
Ini menurut Kantor Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan, pengawas bentukan kongres yang telah melacak perang sejak 2008. Dana sebesar USD145 miliar itu merupakan tambahan dari USD837 miliar yang dibelanjakan AS untuk perang yang dimulai dengan invasi pada Oktober 2001 silam itu.
Dana sebesar USD83 miliar yang diinvestasikan dalam pasukan Afghanistan selama 20 tahun terakhir itu, jumlahnya hampir dua kali lipat anggaran tahun lalu untuk seluruh Korps Marinir AS. Jumlah itu juga sedikit lebih banyak dari yang dianggarkan Washington tahun lalu untuk bantuan kupon makanan bagi sekitar 40 juta rakyat AS.
Dalam bukunya yang bertitel “The Afghanistan Papers”, jurnalis Craig Whitlock menulis bahwa para pelatih AS mencoba memaksakan cara-cara Barat pada para tentara rekrutan Afghanistan. Mereka, tulis Whitlock, kurang memikirkan apakah dolar hasil pembayaran pajak rakyat AS diinvestasikan dalam tentara yang benar-benar layak.
“Mengingat bahwa strategi perang AS bergantung pada kinerja tentara Afghanistan, bagaimana pun, Pentagon secara mengejutkan tidak terlalu memperhatikan pertanyaan apakah warga Afghanistan bersedia mati untuk pemerintah mereka,” tulis Whitlock.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.