WASHINGTON DC, KOMPAS.TV - Kekuatan militer pemerintah Afghanistan begitu rapuh, sehingga memungkinkan kelompok Taliban menguasai ibukota dan seluruh negeri nyaris tanpa perlawanan. Padahal selama 20 tahun berada di wilayah itu, Pentagon sudah menghabiskan miliaran dolar AS di Afghanistan.
Secara keseluruhan sejak 2001, seperti dilansir Associated Press, Sabtu, (14/08/2021), Amerika Serikat mengeluarkan dana 2 triliun dollar AS, ya sebanyak itu, dan hampir seluruhnya didapat dari utang baru pemerintah.
France24, Senin (16/08/2021) melaporkan, Washington menghabiskan 83 miliar dollar AS untuk menciptakan tentara modern yang mencerminkan postur tempur Amerika Serikat namun tanpa mempertimbangkan sumber daya setempat.
Secara praktis, itu berarti membuat pasukan punya ketergantungan besar pada dukungan udara dan jaringan komunikasi berteknologi tinggi. Masalahnya, Afghanistan hanya punya 30 persen penduduk yang mendapatkan pasokan listrik yang baik.
Pesawat terbang, helikopter, pesawat tak berawak, kendaraan lapis baja, kacamata penglihatan malam adalah contoh dimana Amerika Serikat tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya untuk melengkapi tentara Afghanistan. Baru-baru ini bahkan memberi Afghanistan helikopter serang Black Hawk terbaru.
Tetapi orang Afghanistan tidak dapat melakukan perlawanan serius terhadap musuh mereka, kelompok Taliban, yang kurang lengkap dan tampaknya kalah jumlah.
Baca Juga: Taliban Nyatakan Perang Sudah Usai, Harapkan Hidup Damai dan Tidak Ingin dalam Isolasi Internasional
Banyak dari tentara Afghanistan adalah pemuda buta huruf di negara yang kekurangan sumber daya dan infrastruktur untuk mendukung peralatan militer mutakhir.
Bayangkan, negara yang kebanyakan tentaranya buta huruf dan kurang listrik harus menggunakan peralatan militer canggih dan butuh koneksi internet.
Menurut inspektur jenderal khusus AS untuk rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), John Sopko, kemampuan tentara Afghanistan dipandang terlalu tinggi.
Setiap kali Sopko mencoba mengevaluasi tentara Afghanistan, dia berkata, "militer AS mengubah tolok ukur agar membuat militer AS lebih mudah menunjukkan keberhasilan (tentara Afghanistan). Dan akhirnya, ketika mereka bahkan mentok tidak bisa melakukan itu, mereka mengklasifikasikan alat penilaian."
"Jadi mereka tahu betapa buruknya (kualitas) tentara Afghanistan."
Laporan terbaru kantornya kepada Kongres yang diajukan pekan lalu, SIGAR mengatakan "sistem senjata canggih dan kendaraan serta logistik yang digunakan oleh militer Barat berada di luar kemampuan pasukan Afghanistan yang sebagian besar buta huruf dan tidak berpendidikan."
Selama berbulan-bulan, para pejabat Pentagon bersikeras pada apa yang mereka katakan sebagai keunggulan numerik yang dimiliki oleh pasukan Afghanistan atas Taliban. Mereka memperkirakan pemerintah Afghanistan memiliki 300.000 tentara dan polisi, sementara Taliban diperkirakan hanya punya sekitar 70.000 petempur.
Tetapi jumlah tentara itu terlalu digelembungkan, menurut Pusat Pemberantasan Terorisme di Akademi Militer AS yang bergengsi di West Point, New York.
Pada Juli 2020, menurut perkiraannya sendiri, angka 300.000 tentara itu secara riil hanya sejumlah 185.000 tentara, itupun adalah pasukan operasi khusus di bawah kendali Kementerian Pertahanan, dengan polisi dan personel keamanan lainnya membentuk sisanya,"
Dan dari jumlah itu, hanya sekitar 60 persen tentara Afghanistan masuk kategori tentara terlatih, kata para analis West Point.
Baca Juga: Amerika Serikat Turunkan Bendera di Kedutaan Besarnya di Kabul, Evakuasi Seluruh Staf ke Bandara
Perkiraan yang lebih akurat dari kekuatan tempur tentara pemerintah Afghanistan hanyalah sebanyak 96.000 tentara tempur, kata mereka menyimpulkan, dan itu setelah 8.000 personel angkatan udara dikeluarkan dari perhitungan.
Laporan SIGAR mengatakan desersi selalu menjadi masalah bagi tentara Afghanistan.
Tahun 2020 SIGAR menemukan, tentara Afghanistan harus merekrut 25 persen dari kekuatannya setiap tahun, sebagian besar karena desersi, dan bahwa tentara Amerika yang bekerja dengan Afghanistan mulai melihat tingkat ini sebagai "normal."
Artinya, tingkat desersi dari kesatuan adalah seperempat dari jumlah tentara.
Para pejabat Amerika telah berulang kali bersumpah mereka akan terus mendukung tentara Afghanistan setelah 31 Agustus - tanggal yang diumumkan untuk menyelesaikan penarikan pasukan AS - tetapi mereka tidak pernah menjelaskan bagaimana hal ini akan dilakukan secara logistik.
Kesepakatan yang dicapai oleh pemerintahan Trump dengan Taliban menyerukan penarikan penuh pasukan asing pada 1 Mei. Penerus Trump, Joe Biden, memundurkan tanggal itu, semula menjadi 11 September sebelum mengubahnya lagi menjadi 31 Agustus.
Namun Biden juga memutuskan untuk menarik semua warga negara Amerika dari negara itu, termasuk para kontraktor yang memainkan peran kunci dalam mendukung logistik AS di sana.
"Kami membangun angkatan udara Afghanistan yang bergantung pada kontraktor untuk pemeliharaan tapi kemudian menarik seluruh kontraktor," Neumann, yang menjadi duta besar di bawah Presiden George W. Bush, mengatakan kepada radio publik NPR.
Lebih parah lagi, gaji tentara Afghanistan selama bertahun-tahun oleh Pentagon yang membayarkan adalah Pentagon. Tetapi sejak tentara Amerika mengumumkan penarikan bulan April, tanggung jawab atas pembayaran tersebut jatuh pada pemerintah Kabul.
Banyak tentara Afghanistan mengeluh di media sosial mereka tidak hanya belum digaji selama berbulan-bulan, dalam banyak kasus, unit mereka tidak menerima pasokan logistik dan makanan, bahkan amunisi untuk berperang.
Dari semua masalah di punggung tentara Afghanistan, penarikan pasukan AS yang tiba-tiba adalah pukulan terakhir yang membuat angkatan bersenjata Afghanistan keok.
"Kami sangat mengejutkan tentara dan moral Afghanistan dengan menarik keluar tentara dan menarik perlindungan udara kami," kata Neumann.
PERANG TERPANJANG
Persentase penduduk AS yang lahir sejak serangan tahun 2001: Kira-kira satu dari setiap empat kelahiran.
BIAYA MANUSIA
Anggota tentara Amerika yang tewas di Afghanistan hingga April 2.448 prajurit, Kontraktor AS sebanyak 3.846 orang, Militer dan polisi nasional Afghanistan 66.000 orang, Anggota sekutu lainnya, termasuk dari negara anggota NATO lainnya 1.144 orang, Warga sipil Afghanistan 47.245 orang, Taliban dan petempur oposisi lainnya 51.191 orang, Pekerja LSM nasional maupun internasional 444 orang dan Wartawan 72 orang.
Sumber : Kompas TV/France24/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.