CENTERBURY, KOMPAS.TV - Para peneliti akhirnya bisa mengungkapkan isi dari Buku Kematian Mesir kuno yang menjadi pembungkus mumi berusia 2.300.
Hal itu terjadi setelah mereka berhasil menemukan potongan yang hilang dari pembungkus mumi tersebut.
Isi dari Buku Kematian itu akhirnya terungkap setelah potongan yang hilang itu disambungkan dengan bagian yang mereka temukan sebelumnya.
Keduanya berhasil disatukan setelah gambar digital salah satu potongan di katalog dalam basis data online yang terbuka dari Museum Barang Antik Klasik Teece di Universitas Canterbury, Selandia Baru.
Baca Juga: Penemuan Mumi Perempuan Hamil Pertama dari Mesir Kuno, Sebelumnya Dikira Pendeta Pria
Sejarawan dari Institut Penelitian Getty di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), yang melihat gambar itu menyadari bahwa institutnya memiliki potongan lain dari pembungkus itu.
Dan seperti puzzle potongan tersebut cocok dengan potongan yang berada di Selandia Baru.
“Ada celah kecil dari dua potongan tersebut, namun adegannya masuk akal, mantranya masuk akal dan teksnya juga tepat,” ujar Alisson Griffith, ahli Seni Mesir dan Profesor Klasik dari Universitas Canterbury dikutip dari Live Science, Kamis (15/7/2021).
“Sangat luar biasa bisa menyatukan potongan yang terpisah secara jarak jauh,” tambahnya.
Kedua potongan tersebut ditutupi dengan skrip hieratik, atau kursif, serta hieroglif yang menggambarkan adegan dan mantra dari Buku Orang Mati.
Buku Orang Mati sendiri merupakan manuskrip Mesir kuno yang diyakini akan memandu orang yang meninggal melalui alam baka.
“Kepercayaan Mesir adalah bahwa orang yang meninggal membutuhkan hal-hal duniawi dalam perjalanan mereka ke dan di akhirat,” tuturnya.
Griffith pun menegaskan seni di piramida dan makam benar-benar tentang persembahan, persediaan, pelauyanan dan hal-hal lain yang mereka butuhkan.
Baca Juga: Diplomat AS di Austria Diserang Penyakit Otak Misterius, Diyakini Akibat Radiasi Microwave
Sejumlah versi dari Buku Orang Mati bervariasi di setiap makam, dan yang paling terkenal adalah menimbang jantung orang yang mati dengan bulu.
Tetapi menurut Pusat Penelitian Amerika di Mesir (ARCE), hal itu tak disertakan dalam penemuan yang baru.
Tradisi menyeratakan Buku Orang Mati di penguburan dimulai dengan prasasti yang dikenal sebagai Teks Piramida.
Itu ditulis secara langsung di dinding makan pada akhir Kerajaan Kuno, dan awalnya hanya dilakukan kepada bangsawan yang dimakamkan di Saqqara.
Namun ketika kepercayaan dan praktik keagamaan berubah, orang Mesir mulai memasukkan versi yang diadaptasi dan dikenal sebagai teks Peti Matim, dan ditulis di peti mati orang non-kerajaan, termasuk orang-orang kaya.
Baca Juga: Demonstrasi Kekurangan Air di Iran, Satu Orang Terbunuh
Pada saat Kerajaan Baru (sekitar 1539 SM), kehidupan setelah kematian dianggap dapat diakses oleh orang yang mampu membeli Buku Kematian sendiri.
Buku itu ditulis di atas papirus dan linen yang dililitkan di sekitar tubuh mumi.
Meski begitu, menulis di pembungkus mumi bulanlah sesuatu yang mudah.
“Sulit untuk menulis di atas benda. Anda membutuhkan pena kertas dan tangan yang mantap, dan orang ini telah melakukan pekerjaan yang luar biasa,” kata Griffith.
Sumber : Live Science
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.