Griffith pun menegaskan seni di piramida dan makam benar-benar tentang persembahan, persediaan, pelauyanan dan hal-hal lain yang mereka butuhkan.
Baca Juga: Diplomat AS di Austria Diserang Penyakit Otak Misterius, Diyakini Akibat Radiasi Microwave
Sejumlah versi dari Buku Orang Mati bervariasi di setiap makam, dan yang paling terkenal adalah menimbang jantung orang yang mati dengan bulu.
Tetapi menurut Pusat Penelitian Amerika di Mesir (ARCE), hal itu tak disertakan dalam penemuan yang baru.
Tradisi menyeratakan Buku Orang Mati di penguburan dimulai dengan prasasti yang dikenal sebagai Teks Piramida.
Itu ditulis secara langsung di dinding makan pada akhir Kerajaan Kuno, dan awalnya hanya dilakukan kepada bangsawan yang dimakamkan di Saqqara.
Namun ketika kepercayaan dan praktik keagamaan berubah, orang Mesir mulai memasukkan versi yang diadaptasi dan dikenal sebagai teks Peti Matim, dan ditulis di peti mati orang non-kerajaan, termasuk orang-orang kaya.
Baca Juga: Demonstrasi Kekurangan Air di Iran, Satu Orang Terbunuh
Pada saat Kerajaan Baru (sekitar 1539 SM), kehidupan setelah kematian dianggap dapat diakses oleh orang yang mampu membeli Buku Kematian sendiri.
Buku itu ditulis di atas papirus dan linen yang dililitkan di sekitar tubuh mumi.
Meski begitu, menulis di pembungkus mumi bulanlah sesuatu yang mudah.
“Sulit untuk menulis di atas benda. Anda membutuhkan pena kertas dan tangan yang mantap, dan orang ini telah melakukan pekerjaan yang luar biasa,” kata Griffith.
Sumber : Live Science
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.