DAWLAT ABAD, KOMPAS.TV – Sebuah video yang menunjukkan 22 Pasukan Khusus Afghanistan dieksekusi oleh para pejuang Taliban, viral di media sosial.
Dalam video itu, sekitar 20-an tentara Afghanistan tampak keluar dari sebuah bangunan tanpa senjata dan menyerah pada Taliban.
Teriakan “menyerah, komando, menyerah!” terdengar. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi rentetan tembakan dan seluruh tentara Afghanistan tewas tergeletak.
Para algojonya tak lain adalah para pejuang Taliban yang mengepung pasukan tentara Afghanistan tersebut.
Baca Juga: Serangan Taliban Semakin Besar, Bandara Kabul Pasang Sistem Pertahanan Anti-Rudal
Melansir CNN pada Rabu (14/7/2021), eksekusi brutal itu terjadi pada 16 Juni di kota Dawlat Abad di provinsi Faryab, dekat perbatasan Afghanistan dengan Turkmenistan.
Menurut sejumlah saksi mata, pasukan elit Afghanistan itu tiba di Dawlat Abad dengan sejumlah tank dan berupaya mempertahankan kota.
Namun, setelah 2 jam pertempuran tanpa dukungan serangan udara, pasukan Afghanistan kehabisan amunisi hingga terpaksa menyerah pada Taliban.
“Pasukan komando Afghanistan dikepung oleh Taliban. Mereka lalu menggiring pasukan ke tengah jalan dan menembaki mereka,” ujar seorang saksi mata.
Saksi mata itu juga menyebut, sejumlah pejuang Taliban kemungkinan tidak berasal dari kawasan itu. Lantaran, ia tak dapat memahami apa yang mereka katakan saat para pejuang Taliban berbicara dengan sesama mereka.
Saksi mata yang lain, seorang pedagang di pasar yang berada di lokasi penembakan membenarkan kejadian itu.
Menurutnya, bahasa yang digunakan para pejuang Taliban terdengar asing. “Pasukan komando tidak melawan. Mereka mengangkat tangan dan menyerah, dan mereka (Taliban) malah menembaki mereka,” katanya.
CNN juga mendapatkan sejumlah video tentang insiden brutal itu. Dalam sebuah video berdurasi 45 detik, seseorang tampak berbicara dalam bahasa Pashto atau bahasa setempat.
“Jangan tembak mereka, jangan tembak mereka, saya mohon jangan tembak mereka. Bagaimana bisa Anda (orang) Pashtun membunuh orang Afghanistan?” ucap orang terdebut.
Pashtun merupakan kelompok etnis utama di Afghanistan.
Baca Juga: Rebut Dua Kota Perbatasan Penting, Taliban Kian Berkuasa di Afghanistan
Di akhir video, terdengar seseorang berkata, “Lepaskan semuanya dari (tubuh) mereka!”.
Dalam video yang lain, seseorang juga terdengar berbicara, “Buka pelindung tubuhnya!”.
Salah satu pejuang Taliban lalu tampak mempreteli peralatan perang dari tubuh pasukan Afghanistan yang tewas dieksekusi itu.
Palang Merah mengonfirmasi bahwa 22 jenazah pasukan komando Afghanistan telah diambil.
Insiden pembantaian terhadap tentara Afghanistan itu tampak bertentangan dengan upaya Taliban menunjukkan niatnya menerima penyerahan diri pasukan Afghanistan.
Tiga hari setelah pertempuran di Dawlat Abad, Taliban mengunggah video yang menunjukkan penyitaan truk dan senjata militer.
Lewat unggahan video itu, Taliban mengklaim bahwa “para penjaga Washington, komando khusus terlatih CIA yang telah memburu Taliban di Dawlat Abad, Faryab, ditangkap hidup-hidup oleh Taliban, dilucuti senjatanya dan diborgol.”
Taliban menyatakan bahwa video yang menunjukkan eksekusi terhadap pasukan elit Afghanistan itu palsu dan merupakan propaganda pemerintah untuk menakut-nakuti tentara agar tak menyerah pada Taliban.
Juru bicara Taliban menyatakan, mereka masih menahan 24 pasukan komando Afghanistan yang ditangkap di provinsi Faryab. Namun, Taliban tak menunjukkan bukti.
Baca Juga: Taliban Kembali Merajai, Tentara Afghanistan Kabur ke Tajikistan, Sejumlah Negara Tutup Konsulat
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Afghanistan membantah bahwa Taliban menahan pasukan komando Afghanistan, dan menyatakan bahwa mereka telah membunuhnya.
Pengawas hak asasi manusia (HAM) Amnesty International menyatakan, eksekusi Taliban terhadap pasukan Afghanistan merupakan kejahatan perang.
“Rekaman yang sangat mengganggu ini mengerikan dan memberikan wawasan tentang situasi yang semakin menyedihkan yang menyelimuti Afghanistan. Apa yang kita saksikan adalah pembunuhan berdarah dingin terhadap tentara yang menyerah – sebuah kejahatan perang,” demikian pernyataan Amnesty International.
Sumber : Kompas TV/CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.