BRUSSEL, KOMPAS.TV - Presiden Perancis Emmanuel Macron dilaporkan berencana mengganti bahasa Inggris dengan bahasa Perancis sebagai bahasa utama dalam pertemuan Dewan Uni Eropa.
Laporan dari Politico ini muncul tujuh bulan sebelum Perancis mendapat giliran memimpin Uni Eropa dan Emmanuel Macron menjadi presidennya.
Inggris memang merupakan bahasa utama di kalangan pejabat Komisi Uni Eropa yang memiliki anggota perwakilan dari 27 negara Eropa.
Baca Juga: Setahun Jelang Pilpres, Orang Tak Dikenal Tampar Presiden Perancis Emmanuel Macron
Penggunaan bahasa Inggris di Uni Eropa utamanya meningkat sejak 2004 saat 10 negara dari Eropa Timur dan Eropa Tengah bergabung.
Di sisi lain, ada 3.246 warga kebangsaan Perancis yang bekerja di Komisi Uni Eropa. Ini membuat Perancis menjadi negara ketiga yang paling banyak memiliki perwakilan di Uni Eropa, setelah Italia dan Belgia.
Selain itu, pada 2020 hampir 80% pejabat Komisi Uni Eropa dapat berbicara bahasa Perancis sebagai bahasa ibu, bahasa kedua, atau bahasa ketiga.
Melansir Politico, bila Macron memberlakukan aturan itu, ia tidak akan membalas surat berbahasa Inggris dari Komisi Uni Eropa.
“Kami ingin aturan dihormati. Dengan demikian, kami akan selalu meminta Komisi untuk mengirimkan kepada kami surat-surat berbahasa Prancis yang ingin ditujukan kepada otoritas Prancis,” kata seorang diplomat senior Perancis, dikutip dari Politico.
Untuk memuluskan agenda ini, Pemerintah Perancis akan menggelontorkan uang untuk pelatihan bahasa Perancis bagi pegawai Uni Eropa.
Baca Juga: Mudahkan Warganya Bepergian, 7 Negara Uni Eropa Ini Berlakukan Sertifikat Vaksin Covid-19 Digital
Selain itu, Perancis akan mendorong Uni Eropa menambah kriteria perekrutan pegawai baru, yaitu penguasaan banyak bahasa.
Diplomat Perancis itu berdalih, aturan berbahasa Perancis ini adalah cara mereka memperkaya bahasa di institusi-institusi Uni Eropa.
“Kita harus memperkayanya (bahasa kerja di Uni Eropa), dan menghidupkannya kembali sehingga bahasa Prancis benar-benar mendapatkan kembali pijakannya, dan di atas itu, (menimbulkan) rasa dan kebanggaan multibahasa,” ujar diplomat Perancis yang tak disebutkan namanya itu.
Saat ini, Inggris memang sudah keluar dari Uni Eropa. Akibatnya, hanya ada dua negara anggota Uni Eropa dengan Inggris sebagai bahasa resminya, yaitu Irlandia dan Malta.
Bagi Perancis, upaya mengganti bahasa utama di Uni Eropa dengan bahasa Ibu mereka ini tak sekadar langkah diplomasi ke luar negeri.
Baca Juga: CDC: Jika Terpapar Covid-19 Usai Vaksin, Gejalanya Terbukti Lebih Ringan
Pejabat Perancis tampaknya menjual kampanye bahasa Perancis di Uni Eropa untuk menggaet masyarakat dalam negeri mereka pula.
Diplomat-diplomat dari Eropa Timur mengaku jengkel dengan upaya Perancis ini. Hal ini karena mereka terbiasa berbicara bahasa Inggris, bukan bahasa Perancis.
“Itu bisa memecah belah. Beberapa (diplomat) takut kehilangan sesuatu, karena bahasa Perancis mereka juga tidak begitu bagus,” ujar salah seorang diplomat dari Eropa Timur.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.