KABUL, KOMPAS.TV - Sebuah bom meledak dekat sebuah sekolah khusus perempuan di distrik yang dihuni mayoritas kaum Syiah di Kabul barat, Sabtu (8/5/2021), menewaskan setidaknya 30 orang yang kebanyakan anak-anak usia 11 - 15 tahun murid sekolah tersebut, seperti dilansir Associated Press, Sabtu, (8/5/2021).
Kelompok Taliban mengutuk serangan tersebut dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas serangan bom itu.
Ambulans terlihat hilir mudik mengevakuasi mereka yang terluka dan masih hidup sementara sanak saudara terlihat berteriak kepada aparat keamanan di dekat lokasi serangan bom.
Serangan itu terjadi di Sekolah Syed al-Shahda di wilayah Dasht-e-Barchi, kata juru bicara kementerian dalam negeri Afghanistan, Tariq Arian, Sabtu.
Baca Juga: Lakukan Serangan Bom terhadap Masjid, Pimpinan Milisi Ini Dinyatakan Bersalah
Banyak pihak di Afghanistan memperkirakan jumlah korban anak-anak yang tewas akan meningkat.
Serangan bom itu diyakini memang bermaksud memakan korban sipil sebanyak-banyaknya, sehingga membuat kekhawatiran makin memuncak di kalangan rakyat negeri yang sudah terlalu lama berperang itu.
Warga di sekitar lokasi serangan bom mengatakan, suara ledakan itu sungguh memekakkan telinga. Seorang warga bernama Nasir Rahimi kepada Associated Press mengatakan dia mendengar tiga ledakan terpisah, walau tidak ada laporan resmi yang menyatakan ada beberapa ledakan dalam serangan bom itu.
Baca Juga: Taliban Rebut Distrik Penting di Afghanistan dari Tentara Pemerintah, Ribuan Warga Melarikan Diri
Rahimi juga mengatakan dia yakin kekuatan ledakan yang sangat besar akan membuat korban tewas terbunuh meningkat
Rahimi mengatakan, ledakan terjadi saat anak-anak sekolah keluar gerbang untuk pulang ke rumah pada pukul 16.30 sore waktu setempat. Aparat keamanan menyatakan sedang menyelidiki serangan itu namun belum mengungkapkan informasi yang lebih terperinci.
Sementara belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom tersebut, kelompok ISIS di Afghanistan sudah beberapa kali menyerang kawasan yang dihuni mayoritas warga Syiah Afganistan tersebut.
Baca Juga: Gubernur di Afghanistan Jadi Target Serangan Bom Bunuh Diri, 8 Orang Tewas
Kelompok garis keras Sunni itu menyatakan perang terhadap warga Syiah di Afganistan. Washington sebelumnya mengutuk keras serangan keji terhadap sebuah rumah sakit di kawasan itu yang membunuh perempuan hamil dan bayi-bayi yang baru lahir.
Di wilayah Dasht-e-Barchi, warga yang marah menyerang ambulan dan memukuli petugas kesehatan saat berupaya mengevakuasi mereka yang terluka, kata juru bicara kementerian kesehatan, Ghulam Dastigar Nazari.
Dia meminta warga untuk bekerja sama dan membiarkan ambulan mendapat akses penuh ke lokasi serangan bom.
Foto-foto yang beredar di sosial media menunjukkan tas sekolah anak-anak yang penuh berlumurah darah serta buku-buku pelajaran anak sekolah yang hancur berserakan di jalanan depan sekolah, sementara asap membumbung diatas kawasan tersebut.
Baca Juga: Kastaf Gabungan AS: Militer Afghanistan Berpeluang Kepayahan Melawan Taliban Sepeninggal Pasukan AS
Di rumah sakit terdekat, wartawan Associated Press melihat setidaknya 20 jenazah anak-anak dibaringkan di lorong dan kamar rumah sakit, sementara puluhan orang keluarga korban merangsek masuk ke rumah sakit tersebut mencari keluarga mereka.
Diluar Rumah Sakit Muhammad Ali Jinnah, puluhan orang berbaris untuk mendonorkan darah, sementara anggota keluarga terlihat berdesakan memperhatikan daftar korban di tembok rumah sakit.
Baik Arian dan Nazari mengatakan setidaknya ada 50 anak-anak yang luka berat dan diyakini korban tewas akan meningkat tajam.
Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Afghanistan, Pos Tentara Jadi Target
Sejauh ini belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom terhadap anak-anak itu, sementara juru bicara kelompok Taliban Afghanistan, Zabihullah Mujahid kepada wartawan mengatakan, hanya kelompok negara Islam ISIS yang mampu melakukan kejahatan sekeji itu.
Mujahid kepada wartawan juga menuduh badan Intelijen Afghanistan bekerja sama dengan kelompok ISIS namun dirinya tidak memberikan bukti atas pernyataannya tersebut.
Kelompok Taliban dan pemerintah Afghanistan saling bertukar tuduhan atas terjadinya serangan terhadap warga sipil, wartawan, dan kaum pekerja Afghanistan. Kelompok ISIS beberapa kali menyatakan bertanggung jawab atas beberapa serangan, namun banyak peristiwa serangan dengan tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
Baca Juga: Korban Tewas akibat Bom Mobil di Pakistan Bertambah, Taliban Mengaku Bertanggung Jawab
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyatakan dirinya mengutuk serangan itu sambil menyalahkan kelompok Taliban walau kelompok itu sudah menyatakan bukanlah mereka yang melakukan. Ghani juga tidak memberi bukti atas pernyataannya.
ISIS sebelumnya telah mengklaim serangan terhadap minoritas Syiah di daerah yang sama, dimana tahun lalu mereka mengklaim dua serangan brutal terhadap fasilitas pendidikan yang menewaskan 50 orang, kebanyakan dari mereka adalah pelajar.
Bahkan ketika ISIS telah terdegradasi di Afghanistan, menurut pejabat pemerintah dan AS, ISIS telah meningkatkan serangannya terutama terhadap Muslim Syiah dan pekerja perempuan.
Sebelumnya kelompok itu mengambil tanggung jawab atas pembunuhan yang ditargetkan terhadap tiga personel media wanita di Afghanistan timur.
Baca Juga: Perdana Menteri Afghanistan Jadi Target Serangan Bom, 10 Orang Tewas
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah 2.500 hingga 3.500 tentara Amerika yang tersisa secara resmi mulai meninggalkan negara itu.
Mereka akan keluar paling lambat 11 September. Penarikan itu dilakukan di tengah kebangkitan kembali Taliban, yang menguasai lebih dari separuh Afghanistan.
Kepala Staf Gabungan Tentara AS mengatakan hari Minggu lalu, pasukan pemerintah Afghanistan menghadapi masa depan yang tidak pasti dan beberapa "kemungkinan hasil yang buruk" menghadapi gerilyawan Taliban karena penarikan pasukan AS yang dipercepat dalam beberapa minggu mendatang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.