Kompas TV internasional kompas dunia

Jepang Klaim Air Nuklir Fukushima Aman dan Bisa Diminum, China: Kenapa Tak Kirim ke AS Saja?

Kompas.tv - 15 April 2021, 19:55 WIB
jepang-klaim-air-nuklir-fukushima-aman-dan-bisa-diminum-china-kenapa-tak-kirim-ke-as-saja
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di kota Okuma, Prefektur Fukushima di utara Tokyo, Jepang. Foto diambil pada 13 Februari 2021. (Sumber: Kyodo News via AP)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Hariyanto Kurniawan

BEIJING, KOMPAS.TV - China menyindir Jepang yang akan membuang limbah air nuklir Fukushima ke Laut. Mereka mempertanyakan, jika air itu aman dan bisa diminum, kenapa tak kirim air nuklir itu ke Amerika Serikat? 

Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh salah satu juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying di platform Twitter. 

Pernyataan tersebut semakin memperkuat penolakan China terhadap rencana Jepang yang akan membuang air limbah radioaktif dari reaktor nuklir Fukushima. 

“Jepang dan AS mengklaim bahwa air limbah nuklir yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima sesuai dengan standar keamanan internasional dan bahkan dapat diminum, lalu mengapa mereka tidak menyimpan airnya untuk diri mereka sendiri? Atau mungkin mengirimkannya ke AS?" tulis Hua yang dikutip dari akun Twitter-nya, @SpokespersonCHN, Rabu (14/4/2021).

Hua menambahkan, akan lebih baik untuk memiliki penilaian dari internasional tentang keamanan air limbah nuklir Fukushima Jepang itu sebelum ada yang meminumnya.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China lainnya, Zhao Lijian mengadakan jumpa pers pada Rabu (14/4/2021) terkait keputusan Jepang tersebut. 

Baca Juga: Jepang Akan Buang Air yang Tercemar Nuklir Pembangkit Fukushima ke Laut

Melansir Xinhua, Zhao mengatakan, China sangat mendesak pihak Jepang untuk menghadapi tanggung jawabnya, mengikuti ilmu pengetahuan, memenuhi kewajiban internasionalnya dan menanggapi keprihatinan serius masyarakat internasional, negara-negara tetangga, dan rakyatnya sendiri.

Mengutip laporan media Jepang bahwa pekerjaan pelepasan limbah nuklir ke laut akan dimulai dalam dua tahun dan berlangsung selama 30 tahun. Jumlah total limbah nuklir disebut akan melebihi 1 juta ton. 

Zhao mengatakan bahwa jumlah, durasi, cakupan area yang terkena dampak dan tingkat risikonya belum diketahui akan seburuk apa ke depannya. 

Dia kemudian mengajukan tiga pertanyaan ke pihak Jepang.

Pertama, apakah pihak Jepang benar-benar mendengar keraguan dan kekhawatiran di dalam dan luar negeri?

Zhao menunjukkan bahwa ada pawai protes di banyak tempat di Jepang termasuk Tokyo dan Fukushima. Selain China, Korea, Rusia dan Uni Eropa, serta 311 kelompok lingkungan menyatakan penentangan tegas terhadap keputusan Jepang. 

Baca Juga: Jepang Mau Buang 1 Juta Ton Air PLTN Fukushima ke Laut, China dan Korea Selatan Protes Keras

Juru Kampanye Iklim dan Energi di Greenpeace Jepang mengatakan bahwa pemerintah Jepang mengabaikan bukti yang jelas bahwa teknologi dan kondisi untuk kapasitas penyimpanan yang lebih besar tersedia namun mereka telah memilih untuk membuang air ke Samudra Pasifik.

"Pemerintah Jepang telah mengambil keputusan yang sepenuhnya tidak adil dengan mengabaikan lingkungan," katanya.

Kedua, apakah keputusan Jepang benar-benar sesuai dengan hukum internasional?

Zhao mengatakan keputusan Jepang akan menjadi preseden untuk membuang air limbah olahan ke laut setelah kecelakaan nuklir yang serius. 

Jepang, sebagai penandatangan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), harus mengetahui ketentuan yang relevan dari Konvensi. 

Negara harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa polusi yang timbul dari insiden atau kegiatan di bawah yurisdiksi atau kendali mereka tidak menyebar ke luar wilayah di mana mereka menjalankan hak berdaulat sesuai dengan Konvensi.

Baca Juga: Siapkan Daftar Sanksi AS Yang Harus Dicabut, Iran Ancam Akan Tingkatkan Program Nuklirnya

"Jepang juga berkewajiban untuk melaksanakan kewajiban internasional seperti pemberitahuan dan konsultasi penuh, penilaian dan pemantauan lingkungan, tindakan pencegahan untuk meminimalkan risiko, dan transparansi informasi," kata Zhao. 

"Apakah Jepang telah memenuhi semua kewajiban ini?"

Dia lebih lanjut mencatat bahwa pengesahan keputusan Jepang oleh Amerika Serikat tidak berarti dukungan oleh komunitas internasional.

Dia merasa, Amerika Serikat juga harus memikul tanggung jawabnya dan mendesak Jepang untuk dengan hati-hati menangani masalah pembuangan dengan cara yang jujur, ilmiah dan bertanggung jawab untuk demi lingkungan laut dan kesehatan umat manusia daripada mengacaukan yang benar dengan yang salah, mengabaikan prinsip dan mengadopsi standar ganda.

Ketiga, apakah air limbah nuklir yang rencananya akan dilepas Jepang ke laut benar-benar memenuhi standar internasional?

Zhao mengatakan bahwa laporan penilaian kelompok ahli Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan jelas menunjukkan bahwa air yang diolah masih mengandung radionuklida lain selain tritium. 

Baca Juga: Pemerintah China Desak Jepang Kaji Ulang Keputusan Buang Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima

Menurut statistik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc, ada 62 jenis radionuklida di dalam air nuklir itu. 

"Lautan bukan tempat sampah Jepang, dan Samudera Pasifik bukan saluran pembuangan Jepang," kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa harga pembuangan limbah nuklir Jepang tidak boleh ditanggung oleh seluruh dunia.

Zhao mengatakan pihak Jepang harus mengevaluasi kembali masalah tersebut dan menahan diri untuk tidak sembarangan membuang air limbah sebelum mencapai konsensus dengan semua pemangku kepentingan dan IAEA melalui konsultasi penuh.

"China berhak untuk membuat reaksi lebih lanjut," pungkas Zhao. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x