DUBAI, KOMPAS.TV – Sebuah kapal kargo Iran yang diyakini menjadi pangkalan bagi pasukan paramiliter Garda Revolusioner dan telah berlabuh selama bertahun-tahun di Laut Merah di lepas pantai Yaman, telah diserang.
Kementerian Luar Negeri Iran di Teharan mengonfirmasi serangan terhadap kapal kargo Saviz itu pada Rabu (7/4/2021). Iran mencurigai serangan itu dilakukan oleh Israel, kendati tak langsung menyalahkan musuh bebuyutannya di kawasan itu. Serangan itu terjadi saat Iran dan sejumlah poros kekuatan dunia tengah duduk di Wina, Austria untuk menggelar pembicaraan pertama tentang kemungkinan Amerika Serikat (AS) kembali bergabung dengan kesepakatan nuklir Iran.
Baca Juga: Terkait Perjanjian Program Nuklir, Iran dan AS akan Kembali Bernegosiasi Lewat Perantara
Keberadaan kapal Saviz di kawasan tersebut sudah berlangsung lama, dan menuai kritikan berulang kali dari Arab Saudi. Pihak Barat dan sejumlah ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuding Iran telah menyediakan senjata dan dukungan bagi kelompok pemberontak Houthi di Yaman. Iran membantah telah mempersenjatai Houthi, kendati komponen yang ditemukan dalam persenjataan kelompok pemberontak Houthi mengarah kembali pada Teheran.
Sebelumnya, Iran menyebut Saviz sebagai bantuan atas upaya “anti-pembajakan” di Laut Merah dan Selat Bab el-Mandeb, titik hambatan utama dalam pelayaran internasional. Sebuah pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Iran menggambarkan Saviz sebagai kapal komersial.
“Untungnya, tidak ada korban jiwa, dan penyelidikan teknis sedang berlangsung,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh seperti dilansir dari The Associated Press, Rabu (7/4/2021). “Negara kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan melalui otoritas internasional.”
Israel: Iran dan Sekutunya Adalah Ancaman Utama Bagi Kami
Dalam sebuah pernyataan di televisi pemerintah sebelumya, seorang pembawa berita mengutip berita New York Times (NYT), yang mengutip seorang pejabat AS anonim yang menginformasikan harian itu bahwa Israel memberi tahu AS bahwa ia akan melancarkan serangan pada kapal itu pada Selasa pagi (6/4/2021). Para pejabat Israel menolak berkomentar tentang serangan itu, pun pemilik Saviz.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, kendati menolak menyebut bahwa negaranya telah melancarkan serangan tersebut, menggambarkan Iran dan sekutunya di kawasan itu merupakan ancaman utama.
“Israel harus tetap mempertahankan diri,” kata Gantz pada para wartawan. “Di manapun kami menemukan ancaman dan keharusan bertindak, kami akan bertindak.”
Baca Juga: PM Israel: Perubahan Kebijakan Amerika Serikat Bisa Bikin Iran Punya Senjata Nuklir
Pada kabinetnya pada Rabu (7/4/2021). Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut pembicaraan di Wina berjalan sukses.
“Hari ini, satu pernyataan kesatuan didengar, bahwa seluruh pihak dalam kesepakatan nuklir telah menyimpulkan bahwa tak ada solusi yang lebih baik daripada kesepakatan itu,” katanya.
Kantor berita Iran, Tasnim, yang diyakini dekat dengan Garda Revolusioner, melaporkan bahwa sebuah ranjau limpet yang ditanam pada lambung Saviz telah menyebabkan sebuah ledakan. Ranjau limpet merupakan ranjau yang ditempelkan pada badan kapal, dan biasanya dilakukan oleh seorang penyelam. Jika meledak, ranjau dapat menyebabkan kerusakan berarti pada kapal.
Iran tidak menyalahkan pihak manapun atas serangan tersebut, dan menyatakan bahwa pihak berwenang Iran akan memberikan lebih banyak informasi pada hari-hari mendatang.
AS Menyatakan Tak Terlibat Serangan
Dalam sebuah pernyataan, Komando Sentral militer AS menyatakan mengetahui laporan media tentang insiden yang melibatkan Saviz di Laut Merah.
“Kami dapat mengonfirmasi bahwa tidak ada pasukan AS yang terlibat dalam insiden itu,” demikian bunyi pernyataan militer AS.
Menurut data pelacakan kapal, Saviz yang dimiliki oleh perusahaan pelayaran yang terkait dengan Republik Islam Iran, tiba di Laut Merah pada akhir tahun 2016. Bertahun-tahun setelah itu, Saviz hanyut di perairan kepulauan Dahlak, rangkaian kepulauan di lepas pantai Eritrea di Afrika. Saviz tampaknya menerima pengisian kembali pasokan dan penukaran awak melalui kapal-kapal Iran yang melintasi jalur perairan itu.
Saviz, Kapal Kargo Yang Tak Biasa
Materi yang diterima The Associated Press dari militer Arab Saudi menunjukkan sejumlah hal yang tidak biasa pada kapal itu. Tampak sejumlah orang mengenakan seragam bergaya militer di atas Saviz, juga kapal-kapal kecil yang mampu mengangkut kargo ke pesisir Yaman. Sejumlah gambar juga menunjukkan beragam antena di atas kapal yang disebut oleh pemerintah Arab Saudi sebagai “tidak biasa bagi kapal kargo komersial”, yang menunjukkan bahwa kapal itu tengah mengadakan pengawasan elektronik. Gambar lain juga memperlihatkan bahwa Saviz memiliki tunggangan untuk senapan mesin kaliber 50.
Institut Washington untuk Kebijakan Timur-Dekat menyebut Saviz sebagai “kapal induk Iran” di kawasan itu, dan menggambarkan kapal itu sebagai pangkalan pengumpul data intelijen dan persenjataan bagi Garda Revolusioner. Tidak disebutkan bagaimana institusi itu menyimpulkan demikian, kendati para analisnya secara rutin memiliki akses ke Teluk dan sumber-sumber militer Israel.
Saviz telah berada di bawah sanksi internasional hingga kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia di tahun 2015, hingga Teheran menerima keringanan sanksi dengan imbalan membatasi pengayaan uraniumnya.
Pemerintah AS di bawah Trump kemudian memperbarui sanksi AS terhadap Saviz sebagai bagian dari keputusannya mundur secara sepihak dari kesepakatan nuklir tersebut.
Pada Juni 2019, Arab Saudi menerbangkan seorang warga Iran yang sakit keras dari atas Saviz setelah Teheran meminta bantuan melalui PBB.
Di tengah meningkatkan ketegangan antara AS dan Iran, serangkaian ledakan misterius yang menyasar sejumlah kapal terjadi di kawasan itu, dan pihak Angkatan Laut AS menuding Iran sebagai pelakunya.
Baca Juga: Kapal Kargonya Berlubang Akibat Ledakan, Israel Tuding Iran Pelakunya
Di antara kapal yang rusak baru-baru ini adalah sebuah kapal kargo milik Israel, yang disebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah dilakukan oleh Iran.
Sebuah kapal kargo Iran di Laut Mediterania juga rusak oleh sebuah serangan. Iran pun balik menuding Israel sebagai pelaku sejumlah serangan itu, termasuk sebuah ledakan misterius yang terjadi pada Juli tahun lalu yang menghancurkan pabrik perakitan sentrifugal canggih di fasilitas nuklir Natanz milik Iran.
Baca Juga: Iran Pastikan Pembalasan atas Pembunuhan Ahli Nuklir Moshen Fakhrizadeh Jadi Prioritas
Serangan lainnya terjadi pada November silam, yakni pembunuhan terhadap Mohsen Fakhrizadeh, seorang ilmuwan Iran yang mendirikan program nuklir militer Iran dua dekade lalu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.