CAPE TOWN, KOMPAS.TV – “Bolehkah saya menutup mata?” tanya Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa setengah bercanda pada Rabu (17/2) saat seorang petugas kesehatan bersiap menyuntiknya. Meski mengaku takut akan jarum suntik, Ramaphosa akhirnya disuntik vaksin dan menjadi salah satu orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 di negara yang memiliki kasus Covid-19 terkonfirmasi di Afrika itu.
“Semula, saya sedikit takut melihat jarum suntik panjang yang akan menusuk lengan saya itu, tapi lalu semuanya terjadi begitu cepat dan mudah,” aku Ramaphosa seperti dilansir dari Associated Press. “Hari ini menjadi tonggak sejarah bagi Afrika Selatan. Akhirnya, vaksin ada di sini, dan sedang diberikan
Momen penyuntikan Ramaphosa disiarkan secara langsung di televisi Afrika Selatan. Sejumlah staf di rumah sakit di distrik Khayelitsha, kota kecil yang miskin dekat Cape Town, bertepuk tangan karena Ramaphosa berhasil menaklukkan rasa takutnya. Beberapa menit kemudian, Ramaphosa menyerukan agar 60 juta warga Afrika Selatan tak ragu menerima vaksin.
Baca Juga: Virus Corona yang Ditemukan di Selandia Baru Merupakan Varian Afrika Selatan
“Saya hendak mengundang rakyat Afrika Selatan untuk menerima vaksin ini agar kita semua bisa aman dan sehat,” kata Ramaphosa.
Ramaphosa sendiri menerima suntikan dosis vaksin Johnson and Johnson (J&J), vaksin yang menjadi pilihan Afrika Selatan setelah sebelumnya menolak vaksin AstraZeneca di momen terakhir sebelum vaksinasi digelar. Kini, tahap pertama vaksinasi bagi para tenaga kesehatan akan dimulai seiring dengan studi observasi, lantaran vaksin J&J belum disetujui penggunaannya di Afrika Selatan, atau di negara mana pun di dunia.
Pekan lalu, menteri kesehatan Afrika Selatan mengumumkan bahwa Afrika Selatan tidak akan melakukan imunisasi dengan vaksin AstraZeneca meski telah melakukan persiapan berbulan-bulan. Sebuah studi kecil yang menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca tidak manjur melawan varian virus yang kini mendominasi benua Afrika, disebut menjadi penyebabnya.
Baca Juga: Jepang Mulai Vaksinasi Massal Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan, Targetkan 40.000 Nakes Hingga Maret
Sebaliknya, Afrika Selatan berpaling pada vaksin J&J secara mendadak, meski baru menerima pengiriman 80.000 dosis dari Belgia pada Selasa malam (16/2). Vaksin-vaksin tersebut segera didistribusikan ke pusat-pusat vaksinasi di seluruh 9 provinsi di Afrika Selatan pada malam itu juga agar siap digunakan esok harinya.
Afrika Selatan menaruh keyakinan pada vaksin J&J setelah uji coba klinis internasional menunjukkan bahwa vaksin tersebut efektif dalam memberikan perlindungan terhadap varian virus yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada Desember lalu. Hasil awal uji coba menunjukkan, vaksin J&J memiliki tingkat efikasi 57% melawan kasus Covid-19 sedang hingga parah yang disebabkan oleh varian virus tersebut, dan tingkat efikasi yang lebih tinggi terhadap penyakit parah.
Ramaphosa merupakan orang ke-6 yang menerima vaksin di rumah sakit di Khayelitsha. Sebelumnya, 5 orang tenaga kesehatan menerima suntikan vaksin. Menteri Kesehatan Zweli Mkhize juga divaksin.
Afrika Selatan memiliki hampir 1,5 juta kasus Covid-19, termasuk lebih dari 48.000 kematian. Dari total seluruh kasus yang dilaporkan di negara-negara Afrika, Afrika Selatan memiliki sekitar 40% kasus, dan membutuhkan vaksinasi segera. Kebangkitan gelombang kedua Covid-19 terjadi pada Januari lalu, dan jumlahnya hampir dua kali lipat dari sebelumya. Para pakar memperingatkan bahwa gelombang ketiga Covid-19 akan datang menghantam pada bulan Mei atau Juni, saat musim dingin di belahan bumi selatan dimulai.
Jika Afrika Selatan berhasil menggelar program vaksinasinya, ini akan memperkuat negara-negara benua Afrika, yang merasa pesimis bahwa negara-negara miskin akan tertinggal dalam melakukan vaksinasi.
Baca Juga: Presiden Afrika Selatan Kritik Negara Kaya yang Timbun Pasokan Vaksin
Di seluruh Afrika, hanya segelintir yang menerima vaksin. Zimbabwe berharap dapat segera menggelar imunisasi menggunakan vaksin Sinopharm dari China pekan ini. Mesir dan Guinea Khatulistiwa juga telah menerima vaksin Sinopharm.
Afrika Selatan menargetkan memvaksin sekitar 40 juta warganya hingga akhir 2021, meski para pengkritik pemerintah menyatakan bahwa target itu tidak realistis.
Setidaknya 380.000 tenaga kesehatan telah mendaftar secara online untuk menerima suntikan dosis pertama. Pada tahap pertama imunisasi, sebanyak 1,25 juta tenaga kesehatan harus divaksin. Afrika Selatan telah memesan 9 juta dosis vaksin J&J, dan jumlah ini kemungkinan akan meningkat hingga 30 juta dosis. Dalam 4 minggu ke depan, Afrika Selatan akan menerima tambahan 500.000 dosis vaksin J&J.
Baca Juga: Polemik Vaksin Covid-19: Senjangnya Ketersediaan Vaksin Antara Negara Kaya dan Negara Miskin
“Afrika Selatan juga telah memesan 20 juta dosis vaksin Pfizer, dan kemungkinan juga akan memesan vaksin Sinopharm dari China dan Sputnik V dari Rusia,” kata Mkhize. Pekan lalu, ia menyampaikan pada parlemen bahwa Afrika Selatan telah mengamankan vaksin yang diperlukan untuk mengimunisasi 67% populasi untuk mencapai kekebalan kawanan.
Momen saat dirinya dan Mkhize menerima vaksin disiarkan secara luas, kata Ramaphosa, “Ini bertujuan untuk menunjukkan keyakinan kami terhadap vaksin J&J dan membantu mengenyahkan rasa takut yang mungkin menghinggapi orang-orang.”
Para ahli menyatakan, vaksin J&J akan diberikan dalam tes skala besar, yang berarti tidak ada dosis kosong yang diberikan. Seluruh data kesehatan dan penularan di masa mendatang dari penerima vaksin akan dilacak. Vaksin J&J sendiri baru disetujui penggunaannya untuk uji coba oleh regulator Afrika Selatan. Ini berarti, Presiden Ramaphosa menjadi bagian dari studi uji coba vaksin skala besar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.