WUHAN, KOMPAS.TV – Sejumlah warga Wuhan memperingati setahun kematian dokter yang pertama kali menyebarkan berita akan bahaya virus corona dengan mengunjungi rumah sakit tempat sang dokter bekerja di Wuhan, China pada Sabtu (6/2).
Seperti dilansir dari Associated Press, hari ini tepat setahun Dr. Li Wenliang meninggal akibat virus corona yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China.
Dr. Li Wenliang, seorang dokter mata berusia 34 tahun, merupakan satu dari 8 orang yang pertama kali memperingatkan akan bahaya virus yang mirip dengan virus penyebab flu burung ini di sebuah kelompok media sosial. Pemerintah setempat menghukum Li dengan tuduhan telah menyebarkan rumor yang berpotensi menimbulkan kepanikan. Kasus Li yang dibungkam akibat menyebarkan peringatan virus ini akhirnya bocor ke publik.
Baca Juga: Seorang Jurnalis Warga asal Wuhan, Menghilang setelah Menceritakan Kondisi Terkini Virus Corona
Saat itu, istri Li tengah hamil dan Li akan segera menjadi seorang ayah. Namun, Li jatuh sakit akibat virus misterius yang kini kita kenal dengan Covid-19, dan akhirnya meninggal.
Kematian Li semula dilaporkan oleh media pemerintah China pada 6 Februari malam, namun berita ini segera diralat. Beberapa jam kemudian, pada pagi tanggal 7 Februari, Rumah Sakit Pusat Wuhan mengumumkan kematiannya.
Rakyat China berduka atas kematiannya. Mereka juga marah atas tindakan pemerintah China yang membungkam Li karena dianggap menyebarkan rumor.
“Masyarakat yang sehat tidak seharusnya memiliki hanya satu suara,” ujar Li dalam sebuah wawancara dengan majalah bisnis China Caixin tahun lalu.
Pemerintah China akhirnya menyelidiki kematian Li, dan menyimpulkan bahwa petugas polisi yang menghukum Li harus ditegur. Seorang petugas polisi diberi hukuman, sementara seorang lainnya diberi peringatan resmi.
Di akhir penyelidikan, pihak berwenang mempublikasikan laporan yang menyebut bahwa “Li adalah anggota Partai Komunis, dan bukan penentang sistem.”
Baca Juga: Coronation, Film Dokumenter Garapan Aktivis China Soal Pandemi Corona di Wuhan
Sejak saat itu, epidemi sebagian besar berhasil ditangani, dan China dianggap berhasil menaklukkan Covid-19. China sendiri baru-baru ini merilis sebuah film bertitel “Days and Nights in Wuhan” yang merayakan langkah-langkah yang diambil China – termasuk lockdown alias karantina wilayah – sebagai keberhasilan ‘membeli waktu’ bagi dunia dalam bersiap menghadapi pandemi.
Narasi kemenangan yang diklaim China dalam film tersebut makin menguat oleh kehancuran yang ditimbulkan pandemi yang dialami negara-negara lain. Namun, tetap banyak yang mempertanyakan respon dan transparansi China saat-saat virus muncul pada minggu-minggu pertama.
Bulan lalu, China akhirnya mengizinkan tim Badan Kesehatan Dunia WHO masuk ke China untuk menyelidiki asal muasal pandemi.
Baca Juga: Tim Ahli WHO Kunjungi Laboratorium Virus di Wuhan Untuk Selidiki Asal Usul Virus Corona
Sebagian besar kota Wuhan telah kembali normal. Pusat-pusat perbelanjaan dan jalanan tampak ramai, dan hanya tersisa sedikit bukti penderitaan yang pernah ditanggung Wuhan. Namun tetap saja, sebagian warga Wuhan diam-diam berduka.
Kematian Li sendiri masih menjadi topik sensitif, dan keluarganya menahan diri dan tidak memberikan wawancara bagi media. Tidak ada peringatan kematian dalam skala besar.
Hanya segelintir warga yang datang dan meletakkan karangan bunga di taman bagian belakang Rumah Sakit Pusat Wuhan tempat Li pernah mengabdi.
Sejak Sabtu malam, sejumlah karangan bunga disertai pesan tampak berjajar di sana.
“Terima kasih Dr. Li Wenliang,” begitu bunyi salah satu pesan dalam sebuah buket bunga di sana.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.