NEW YORK, KOMPAS.TV - Hampir enam bulan setelah transplantasi wajah dan tangan yang langka, Joe DiMeo kini mempelajari kembali bagaimana caranya agar bisa tersenyum, berkedip, mencubit, dan meremas.
Seorang pria asal New Jersey, Amerika Serikat, yang berusia 22 tahun ini menjalani operasi pada Agustus 2020 lalu, dua tahun setelah ia terbakar parah dalam kecelakaan mobil.
"Saya tahu ini akan menjadi langkah kecil," kata DiMeo kepada The Associated Press baru-baru ini. “Saya harus memiliki banyak motivasi, banyak kesabaran dan saya harus tetap kuat melalui segala hal,” ujarnya.
Para ahli mengatakan, tampaknya operasi di NYU Langone Health ini berhasil, tetapi masih dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk memastikannya.
Baca Juga: Jalani Transplantasi Bahu dan Lengan Ganda Pertama di Dunia, Kondisi Pria Ini Membaik
Menurut United Network for Organ Sharing (UNOS), saat ini di seluruh dunia, ahli bedah telah menyelesaikan setidaknya 18 transplantasi wajah dan 35 transplantasi tangan. Namun transplantasi wajah dan tangan sekaligus sangat jarang terjadi dan hanya pernah dilakukan dua kali sebelumnya.
Upaya pertama pernah terjadi tahun 2009 pada seorang pasien di Paris. Namun sayang, pasien ini meninggal sebulan kemudian karena komplikasi pasca-operasi. Dua tahun kemudian, seorang dokter di Boston pernah mencobanya lagi pada seorang wanita yang dianiaya oleh simpanse. Namun akhirnya tangan yang dicangkok itu harus dilepas beberapa hari kemudian.
“Fakta bahwa mereka bisa melakukannya sungguh fenomenal,” kata Dr. Bohdan Pomahac, seorang ahli bedah di Boston's Brigham and Women’s Hospital yang memimpin upaya kedua operasi cangkok tangan. “Saya tahu secara langsung bahwa proses itu sangat rumit. Ini sukses yang luar biasa," ujarnya.
DiMeo akan menjalani pengobatan seumur hidup untuk menghindari tubuhnya menolak transplantasi, serta rehabilitasi lanjutan untuk mendapatkan sensasi dan fungsi di wajah dan tangan barunya.
Proses Panjang Transplantasi Wajah dan Tangan
Semua proses panjang ini berawal pada tahun 2018, ketika DiMeo tanpa sengaja tertidur di belakang kemudi mobilnya. Dia sangat lelah setelah bekerja shift malam sebagai penguji produk di sebuah perusahaan obat.
Mobil itu kemudian menabrak trotoar dan tiang listrik, terbalik, dan terbakar. Pengemudi lain yang melihat kecelakaan itu segera menepi untuk menyelamatkan DiMeo.
Baca Juga: Pria Perancis Jalani Transplantasi Muka Untuk Kedua Kalinya
Setelah itu, DiMeo menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam keadaan koma yang diinduksi secara medis. Dia telah menjalani 20 operasi rekonstruktif dan beberapa cangkok kulit untuk mengobati luka bakar derajat tiga yang dialaminya.
Dokter menyatakan operasi konvensional tidak dapat membuatnya mendapat penglihatan penuh kembali. Dia juga tidak dapat menggunakan tangannya kembali. Tim medis DiMeo kemudian mulai mempersiapkan transplantasi yang cukup berisiko ini pada awal 2019.
“Dalam dunia transplantasi, ini mungkin yang paling tidak biasa,” kata Dr. David Klassen, kepala petugas medis UNOS.
Mencari Donor Wajah dan Tangan
Salah satu tantangan dalam proses ini adalah untuk mencari donor yang cocok. Dokter memperkirakan DiMeo hanya memiliki 6% kemungkinan untuk menemukan kulit yang cocok dengan sistem kekebalannya. Mereka juga berusaha menemukan seseorang dengan jenis kelamin, warna kulit, dan dominasi tangan yang sama.
Kemudian selama pencarian donor, pandemi melanda dan donasi organ pun mengalami penurunan drastis. Selain itu, mereka pun kekurangan tenaga medis. Karena lonjakan Covid-19 yang terjadi di New York, anggota unit transplantasi harus bekerja di bangsal Covid-19.
Pada awal Agustus 2020, tim akhirnya mengidentifikasi seorang donor di Delaware. Mereka kemudian menyelesaikan prosedur operasi yang memakan waktu selama 23 jam, beberapa hari kemudian.
Mereka mengamputasi kedua tangan DiMeo, menggantinya di tengah lengan bawah dan menghubungkan saraf, pembuluh darah, dan 21 tendon dengan jahitan setipis rambut. Mereka juga mencangkokkan seluruh wajah, termasuk dahi, alis, hidung, kelopak mata, bibir, kedua telinga, dan tulang wajah di bawahnya.
“Kemungkinan kami sukses berdasarkan rekam jejak terlihat tipis,” kata Dr. Eduardo Rodriguez, yang memimpin tim medis lebih dari 140 orang. “Bukan karena seseorang telah melakukan ini berkali-kali sebelumnya dan kami memiliki semacam jadwal dan resep yang bisa diikuti.”
Menurut Rodriguez, sejauh ini tubuh DiMeo belum menunjukkan tanda-tanda menolak wajah atau tangan barunya.
Setelah Operasi, Masih Harus Menjalani Rehabilitasi
Sejak meninggalkan rumah sakit pada bulan November lalu, DiMeo telah menjalani rehabilitasi intensif. Dia juga menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk terapi fisik, okupasi, dan wicara.
“Rehabilitasi yang dijalani cukup intens,” kata DiMeo. Dia juga harus melatih diri sendiri lagi untuk melakukan hal-hal mendasar.
Selama sesi terakhir, dia berlatih mengangkat alis, membuka dan menutup matanya, mengerutkan mulut, mengacungkan jempol dan bersiul.
Namun semua usaha itu tidak sia-sia. DiMeo kini bisa merasakan dahi dan tangan barunya menjadi dingin, dan dia sering meraih tangannya ke atas untuk mendorong rambut panjang dari wajahnya.
DiMeo, yang tinggal bersama orang tuanya, sekarang bisa berpakaian dan makan sendiri. Dia bisa bermain biliar dan bermain dengan anjingnya Buster.
Sebelum kecelakaan, DiMeo merupakan seorang penggemar olahraga. Dia kini mulai berolahraga lagi seperti mengangkat beban dan melatih ayunan golfnya.
“Saya mendapat kesempatan baru dalam hidup. Saya benar-benar tidak bisa menyerah," ujarnya.
Seperti halnya transplantasi, bahaya penolakan organ baru biasanya terjadi ketika baru menjalani operasi. Namun kemungkinan penolakan ini bisa berlangsung tanpa batas. Obat-obatan yang diminumnya selama sisa hidupnya juga membuatnya rentan terhadap infeksi.
“Anda tidak pernah bebas dari risiko itu,” kata Klassen. "Transplantasi untuk setiap pasien adalah proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama."
Namun untuk saat ini, Rodriguez mengatakan kekagumannya ketika melihat DiMeo mampu melakukan hal-hal seperti mengancing ritsleting jaketnya dan memakai sepatu sendiri.
“Ini sangat memuaskan bagi kami semua,” kata Rodriguez. “Ada rasa bangga yang luar biasa.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.