BERLIN, KOMPAS TV - Pandemi Covid-19 tidak membuat kehidupan di jalanan Berlin lebih mudah bagi Kaspars Breidaks.
Selama tiga bulan, pria Latvia berusia 43 tahun itu tidak tertampung di penampungan tunawisma yang beroperasi dengan kapasitas yang berkurang untuk menjaga jarak yang aman dari satu sama lain.
Karena orang Berlin lebih sedikit yang pergi keluar rumah akibat pandemi Covid-19 dan musim dingin, jauh lebih sulit untuk mengumpulkan uang dengan mengemis atau mengumpulkan botol untuk dijual untuk didaur ulang.
Tetapi pada pagi musim dingin yang sangat dingin minggu ini, Breidaks mendapati dirinya memakan makanan panas gratis dan tempat untuk menghangatkan diri, setelah restoran terbesar di ibu kota Jerman, Hofbraeu Berlin - tutup karena Lockdown Covid-19 - beralih fungsi untuk sementara membantu para tunawisma.
Baca Juga: Jerman dan Belanda Lockdown Jelang Natal dan Tahun Baru
“Para tunawisma lain di stasiun kereta memberi tahu saya tentang tempat ini,” kata Breidaks, melepas topi hitam berbulu dengan penutup telinga panjang saat dia duduk di bangku di ruang bir yang hangat dan luas dekat alun-alun Alexanderplatz yang terkenal di Berlin. "Saya datang ke sini untuk sup panas."
Semua berawal dari ide seorang staf Hofbraeu yang bekerja sukarela melayani tuna wisma ditempat penampungan. Staf itu mengusulkan kepada manajemen untuk membuka aula restoran tersebut untuk para tuna wisma kota.
Tidak lama mereka sadar ide tersebut sangat bermanfaat bagi seluruh pihak, tutur Manajer Hofbraeu, Bjoern Schwarz.
Selain bisa membantu tunawisma di masa sulit pada musim dingin, kegiatan mereka mendapat dana dari pemerintah kota sehingga bisa memberi pendapatan bagi karyawan restoran serta memberi restoran uang masuk untuk menutup biaya rutin.
Bekerja sama dengan kota dan dua LMS, restoran tersebut dengan cepat mengembangkan konsep ruang dan konsep hidangan untuk menampung hingga 150 tunawisma dalam dua shift setiap hari hingga akhir musim dingin. Mereka mulai menyajikan makanan bagi para tuna wisma pada hari Selasa.
Itu hanya jumlah yang kecil dibandingkan dengan 3.000 tamu restoran, terutama turis, yang akan memadati tempat ini pada saat-saat indah di masa normal.
Baca Juga: Jerman Lockdown Mulai 16 Desember 2020 untuk Kurangi Sebaran Corona
Tetapi aula yang luas restoran terkenal itu terbukti sangat cocok untuk mengakomodaasi para tunawisma dan memberi mereka banyak ruang untuk menghindari infeksi.
“Biasanya, selama waktu Natal, kami akan menerima banyak grup di sini untuk pesta Natal dan kemudian kami akan menyajikan daging babi, bebek atau angsa ... tetapi tidak untuk saat ini,” kata Schwarz.
Kami masih melakukan pengiriman, tapi jelas itu bagai setitik air ke dalam baskom besar.
Selain menyajikan makanan dan minuman non-alkohol serta menawarkan kehangatan dalam ruangan, restoran menyediakan kamar mandi bagi para tunawisma untuk mandi.
Bekerja sama dengan LSM GEBEWO dan Berlin Kaeltehilfe, mereka menyediakan staf yang siap memberikan konseling dan pakaian baru, jika diperlukan.
Untuk klien barunya, restoran membuka aula berdekorasi kayu ukir di lantai dua, dan memasang 40 meja panjang.
"Kami akan menawarkan mereka sesuatu yang berbeda dari makanan dapur umum biasa - hidangan di piring porselen asli, dan kami akan mencoba menawarkan hidangan bergaya Natal dengan banyak pilihan citarasa lezat," kata Schwarz.
Breidaks datang ke Jerman tiga bulan lalu untuk mencari pekerjaan. Tetapi dia mengatakan pekerjaan pabrik daging yang dijanjikan tidak pernah terwujud dan dia berakhir di jalan-jalan Berlin mengemis untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk mengganti paspor yang dicuri dan membeli tiket bus pulang ke rumah.
Dia salah satu dari sekitar 2.000 hingga 12.000 orang yang kehilangan tempat tinggal di kota berpenduduk 3,6 juta orang ini, bahkan setelah 34.000 lainnya ditempatkan di tempat penampungan komunitas, hostel dan apartemen oleh layanan sosial dan kelompok kesejahteraan swasta.
“Pandemi Covid-19 telah memperburuk situasi secara serius bagi para tunawisma, mereka hidup dalam kondisi yang sangat genting,” kata Elke Breitenbach, senator masalah sosial pemerintah negara bagian Berlin, yang departemennya secara finansial mendukung restoran yang berubah menjadi tempat penampungan.
"Mereka tidak punya cukup makanan dan saat cuaca dingin mereka harus punya tempat untuk menghangatkan diri," tambah Breitenbach.
Pada hari Kamis, kelompok pertama tunawisma datang menggigil memasuki Restoran Hofbraeu, termasuk Breidak, dan disajikan Bratwurst ala Thuringia dengan kentang tumbuk, sauerkraut dan saus bawang, atau sup vegetarian dengan kentang, zucchini, paprika dan wortel.
Untuk hidangan penutup ada strudel apel hangat dengan saus vanilla.
Untuk Breidaks, itu lebih dari yang diharapkannya setelah menghabiskan malam dengan suhu di bawah nol meringkuk sepi sendiri di samping dinding sebuah department store besar di Alexanderplatz.
“Yang saya butuhkan hanyalah sup panas,” katanya. “Dan, Insya Allah, saya akan pulang pada Januari.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.