Tetapi aula yang luas restoran terkenal itu terbukti sangat cocok untuk mengakomodaasi para tunawisma dan memberi mereka banyak ruang untuk menghindari infeksi.
“Biasanya, selama waktu Natal, kami akan menerima banyak grup di sini untuk pesta Natal dan kemudian kami akan menyajikan daging babi, bebek atau angsa ... tetapi tidak untuk saat ini,” kata Schwarz.
Kami masih melakukan pengiriman, tapi jelas itu bagai setitik air ke dalam baskom besar.
Selain menyajikan makanan dan minuman non-alkohol serta menawarkan kehangatan dalam ruangan, restoran menyediakan kamar mandi bagi para tunawisma untuk mandi.
Bekerja sama dengan LSM GEBEWO dan Berlin Kaeltehilfe, mereka menyediakan staf yang siap memberikan konseling dan pakaian baru, jika diperlukan.
Untuk klien barunya, restoran membuka aula berdekorasi kayu ukir di lantai dua, dan memasang 40 meja panjang.
"Kami akan menawarkan mereka sesuatu yang berbeda dari makanan dapur umum biasa - hidangan di piring porselen asli, dan kami akan mencoba menawarkan hidangan bergaya Natal dengan banyak pilihan citarasa lezat," kata Schwarz.
Breidaks datang ke Jerman tiga bulan lalu untuk mencari pekerjaan. Tetapi dia mengatakan pekerjaan pabrik daging yang dijanjikan tidak pernah terwujud dan dia berakhir di jalan-jalan Berlin mengemis untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk mengganti paspor yang dicuri dan membeli tiket bus pulang ke rumah.
Dia salah satu dari sekitar 2.000 hingga 12.000 orang yang kehilangan tempat tinggal di kota berpenduduk 3,6 juta orang ini, bahkan setelah 34.000 lainnya ditempatkan di tempat penampungan komunitas, hostel dan apartemen oleh layanan sosial dan kelompok kesejahteraan swasta.
“Pandemi Covid-19 telah memperburuk situasi secara serius bagi para tunawisma, mereka hidup dalam kondisi yang sangat genting,” kata Elke Breitenbach, senator masalah sosial pemerintah negara bagian Berlin, yang departemennya secara finansial mendukung restoran yang berubah menjadi tempat penampungan.
"Mereka tidak punya cukup makanan dan saat cuaca dingin mereka harus punya tempat untuk menghangatkan diri," tambah Breitenbach.
Pada hari Kamis, kelompok pertama tunawisma datang menggigil memasuki Restoran Hofbraeu, termasuk Breidak, dan disajikan Bratwurst ala Thuringia dengan kentang tumbuk, sauerkraut dan saus bawang, atau sup vegetarian dengan kentang, zucchini, paprika dan wortel.
Untuk hidangan penutup ada strudel apel hangat dengan saus vanilla.
Untuk Breidaks, itu lebih dari yang diharapkannya setelah menghabiskan malam dengan suhu di bawah nol meringkuk sepi sendiri di samping dinding sebuah department store besar di Alexanderplatz.
“Yang saya butuhkan hanyalah sup panas,” katanya. “Dan, Insya Allah, saya akan pulang pada Januari.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.