ANKARA, KOMPAS.TV - Turki berada di urutan ketiga dunia dalam tingkat penularan harian Covid-19 pada 25 November 2020.
Torehan itu berada di belakang Amerika Serikat dan India, setelah mengubah cara penyusunan dan pelaporan.
Seperti dilaporkan AP, tingkat penularan harian Turki hingga Kamis (26/11/2020) telah melampaui angka 28.000, setelah pemerintah memasukkan seluruh kasus positif, tidak hanya kasus pasien yang dirawat dan memiliki gejala.
Baca Juga: Penembak Mati 6 Umat Muslim di Masjid Quebec Mendapat Pengurangan Hukuman
Pemerintah Turki dituduh menyembunyikan tingkat keparahan pandemi setelah terungkap bahwa kasus positif tanpa gejala tidak dimasukkan ke dalam data yang diumumkan sejak 29 Juli kemarin.
Sejak itu, Kementerian Kesehatan Turki mendapat tekanan untuk mengumumkan angka keseluruhan kasus positif Covid-19.
Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengumumkan kasus positif harian sejumlah 28,351 pada 24 jam terakhir, dengan penekanan bahwa angka tersebut termasuk kasus yang positif setelah menjalani tes PCR, baik yang menunjukkan gejala maupun yang tidak menunjukkan gejala Covid-19.
Baca Juga: Kim Jong-Un Perintahkan Eksekusi Mati Dua Orang, Ini Alasannya
Sementara Arab News melaporkan, dari angka tersebut, hanya 6,814 yang menunjukkan gejala Covid-19, dimana 168 orang meninggal pada 25 November.
Jumlah korban meninggal pun secara keseluruhan menjadi 12.840 orang dengan jumlah kasus positif terkonfirmasi sejak awal pandemi di Turki kini menjadi 467.730 orang.
Sebelumnya, Turki melaporkan angka penularan harian hanya berjumlah 6.000 pasien.
Baca Juga: Akhirnya Donald Trump Ungkap Bakal Hengkang dari Gedung Putih, Kapan?
Koca pun mengatakan negaranya mencapai kesepakatan untuk menerima 50 juta dosis vaksin SinoVac pada bulan Desember tahun ini, serta Januari dan Februari tahun depan.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan vaksin yang diproduksi negaranya akan siap pada April mendatang dan berencana untuk membagi vaksin tersebut dengan negara lain.
Erdogan selama ini menyerukan agar negara-negara tidak mengorbankan vaksin demi kepentingan politik dan komersial, serta mendorong agar vaksin menjadi milik kemanusiaan bersama.
“Kami berencana membuat vaksin yang kami kembangkan untuk melayani kemanusiaan,” ujar Erdogan.
Baca Juga: Imam Masjid Al-Aqsa Kutuk Larangan Masuk Pejabat Palestina yang Dikeluarkan Israel
Vaksin ERUCOV-VAC yang sedang dikembangkan Universitas Erciyes saat ini berada dalam tahap 1 uji coba, dengan uji coba tahap 2 dalam persiapan.
Walikota Istanbul, Ekrem Imamoglu, mengkritik upaya pemerintah yang tidak berupaya menghadang pandemi.
Menganai kesenjangan data harian Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Imamoglu menyatakan di Istanbul, angka kematian harian adalah 50-60 jiwa lebih tinggi dibanding angka nasional yang diumumkan.
Baca Juga: Jerman Tembus 1 juta Kasus Pasien Positif Corona
Angka kematian resmi dianggap kontroversial, karena Kementerian Kesehatan Turki mengumumkan 168 kematian terkait Covid-19 secara nasional.
Sementara dinas pemakaman kota Istanbul mencatat 203 kematian pada hari yang sama akibat wabah tersebut.
Tingkat hunian ICU di tiga kota terbesar Turki sudah melewati 70%, merupakan angka tertinggi yang dilaporkan pemerintah Turki sejak awal pandemi.
(Edwin Shri Bimo)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.