BEIJING, KOMPAS.TV - Ekspor China melonjak pada Oktober 2020. Bahkan angkanya untuk pertama kali mencapai tingkat sebelum pandemi Covid-19.
Associated Press (07/11/2020) melaporkan, ekspor China tumbuh 11% dibanding bulan yang sama tahun lalu, menjadi sebesar 237,2 miliar dollar AS dan naik sebesar 9,9% dibanding ekspor bulan September lalu.
Impor tumbuh 4,7% dengan nilai 178 miliar dollar AS, turun dari tingkat impor bulan sebelumnya yang tumbuh 13,2%. Walau begitu, jumlah impor meningkat untuk beberapa produk.
Baca Juga: Bagaimana Kabar Ekspor-Impor Indonesia selama Pandemi Covid-19? Ini Penjelasannya
Eksportir China mendapat manfaat dari cepatnya China membuka kembali ekonomi, serta tingginya permintaan masker dan produk medis lainnya.
Kebijakan ini membuat para eksportir China mendapat porsi yang lebih besar dibanding pesaing mereka di negara lain yang mengalami berbagai hambatan akibat upaya pengendalian pandemi Covid-19.
Pada bulan Oktober, ekspor ke Amerika Serikat tumbuh 22,5% dibanding tahun sebelumnya ke tingkat 43,8 miliar dollar AS, naik 2% dibanding pertumbuhan ekspor 20% bulan sebelumnya. Impor barang-barang dari Amerika Serikat juga tumbuh 33% sebesar 12,5 miliar dollar AS, lebih tinggi dari pertumbuhan impor bulan September sebesar 24,5%.
Surplus perdagangan China membengkak sebesar 35,8% dibanding tahun lalu ke tingkat 58.4 milar dollar AS, atau salah satu yang tertinggi dalam sejarah negara tersebut.
Pertumbuhan itu memperbesar jurang perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat sebesar 18.5% yang saat ini senilai 31.4 miliar dollar AS.
China saat ini hampir menjadi satu-satunya ekonomi dunia yang tumbuh, sementara ekonomi pesaing mereka yaitu Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang justru mengalami penurunan.
Ekonomi China menyusut 6.8% dari tahun sebelumnya pada 3 bulan pertama tahun ini, setelah pabrik, toko dan kantor berhenti beroperasi untuk menghentikan virus Covid-19.
Pertumbuhan kembali naik 3.2% pada kuartal kedua, dan ngebut ke tingkat 4.9% pada kuartal ketiga hingga akhir September.
Baca Juga: GSP Diperpanjang, Pakar: Tujuan Trump Supaya Indonesia dan China Tidak Terlalu Dekat
Pabrik kendaraan dan berbagai industry besar kembali melaksanakan kegiatan secara normal, yang membantu pertumbuhan permintaan impor biji besi, tembaga, dan bahan baku industri lain.
Perdagangan eceran juga telah kembali ke tingkat sebelum pandemi, tumbuh 0.5% dibanding tahun sebelumnya pada akhir September kemarin.
Nilai impor anjlok setelah rendahnya permintaan membuat harga minyak bumi dan komoditi lain jatuh. Namun, volume produk makanan impor dan produk lain tumbuh.
Impor minyak mentah pada 9 bulan pertama 2020 naik 10,6% secara volume namun mengalami penurunan nilai sebesar 24,5% dibanding tahun sebelumnya. Impor biji-bijian meningkat 28,5% secara volume namun turun 21% secara nilai.
Ekspor ke 27 negara anggota Uni Eropa turun 21% pada Oktober ke nilai 22,7 miliar dollar AS, sementara impor barang-barang Eropa anjlok 20,4% sebesar 33,6 miliar dollar AS. Surplus China dalam perdagangan dengan Uni Eropa melebar 149% dibanding tahun lalu, senilai 33,3 miliar dollar AS. (Edwin S. Bimo)
Baca Juga: Ketegangan Perang Dagang Tiongkok-AS Berlanjut Jika Trump Menang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.