KOMPAS.TV – Anda mungkin sudah familier dengan istilah sindrom baby blues dan depresi postpartum. Kedua kondisi ini sering menjadi perbincangan dalam konteks kesehatan mental pasca melahirkan.
Ibu yang mengalami sindrom baby blues dan depresi postpartum mengalami perasaan kesedihan yang mirip. Oleh karena itu, seringkali disimpulkan bahwa kedua kondisi ini identik. Faktanya, meskipun sekilas mirip, kedua kondisi yang biasa dialami ibu baru ini memiliki sejumlah perbedaan.
Lantas, apa saja perbedaan baby blues syndrome dan depresi postpartum?
Perbedaan Baby Blues Syndrome dan Depresi Postpartum
1. Gejala yang Muncul
Ibu yang mengalami sindrom baby blues akan menunjukkan sejumlah gejala, seperti perasaan sedih, kecemasan, mudah tersinggung, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, dan kelelahan.
Meskipun begitu, gejala tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dan ibu masih mampu merawat bayi.
Pada depresi postpartum, gejala yang muncul lebih serius. Ibu dapat mengalami halusinasi, kurang tidur selama beberapa malam, dan mungkin adanya delusi.
Halusinasi merujuk pada pengalaman indera seseorang terhadap sesuatu yang tidak nyata, sementara delusi adalah gangguan mental yang membuat seseorang meyakini hal yang sebenarnya tidak terjadi.
2. Durasi Gejala pada Tubuh Ibu
Sindrom baby blues umumnya dialami oleh wanita pada masa awal setelah melahirkan, khususnya pada hari ke-2 atau ke-3 setelah proses persalinan.
Biasanya, kondisi ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga dua minggu. Sebaliknya, depresi postpartum cenderung muncul dalam rentang waktu antara 6 minggu hingga 1 tahun setelah melahirkan.
3. Tindakan Penanganan
Ketika mengalami baby blues, terdapat beberapa cara penanganan yang dapat dilakukan, seperti cukup beristirahat, melakukan aktivitas yang menyenangkan, dan memberikan waktu untuk diri sendiri.
Sementara itu, bila terdiagnosis menderita depresi postpartum, diperlukan intervensi dari seorang psikiater, penggunaan obat-obatan tertentu, dan penerimaan terapi psikologis.
Sindrom baby blues dan depresi postpartum dapat terjadi pada siapa saja. Namun, apabila Anda merasa mengalami kondisi tersebut, disarankan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog di puskesmas atau fasilitas kesehatan lain yang menerima layanan dari BPJS.
Selain itu, dukungan dari pasangan dan keluarga memiliki peran penting dalam proses kesembuhan. Dengan memastikan kesehatan mental setelah melahirkan, tidak hanya ibu, tetapi juga si kecil akan mendapatkan perhatian dan pengasuhan yang optimal dalam fase pertumbuhan dan perkembangannya.
Sumber:
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.