Ia menegaskan, Indonesia tidak boleh panik dengan kebijakan tarif impor resiprokal yang diterapkan AS. Lantara Indonesia bukan China yang dianggap musuh oleh AS, juga bukan Vietnam yang sangat tergantung kepada AS.
"Kita tidak perlu agresif juga reaktif. Respons kita harus rasional, terukur dan obyektif," ucap Wijayanto.
Tapi di sisi lain, lanjutnya, Trump Reciprocal Tariff (TRT) ini harus dianggap oleh pemerintah sebagai momentum untuk perbaikan.
Baca Juga: Trump Diperingatkan Miliuner Pendukungnya untuk Tunda Penerapan Tarif, Bakal Ciptakan Nuklir Ekonomi
Secara paralel, Indonesia wajib menyiapkan beberapa langkah, seperti memperkuat kerjasama perdagangan dan investasi dengan berbagai negara dengan memanfaatkan sentimen “perasaan senasib”. Termasuk dengan Uni Eropa, ASEAN, India, Timur Tengah, bahkan Afrika dan Amerika Latin.
Kemudian, memperkuat cadangan devisa untuk menghadapi perang mata uang yang akan berlangsung panjang. Lalu kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang baru perlu segera diterapkan dengan sebaik-baiknya.
"Melakukan rekalibrasi APBN, program boros anggaran perlu dikurangi untuk memprioritaskan program jangka pendek yang berdampak langsung pada daya beli dan penciptaan lapangan kerja. Demand dari dalam negeri perlu distimulus untuk menggantikan demand dari luar negeri yang berpotensi menurun," jelas Wijayanto.
Baca Juga: [FULL] Jadi Sorotan Prabowo, Pakar Blak-Blakan soal Dampak 'Domino' Tarif Dagang Trump di Industri
Pemerintah juga perlu mempersulit impor legal dan menghentikan impor illegal secara total; memperkuat industri jasa keuangan, terutama perbankan dan pasar modal, untuk mampu berperan sebagai shock absorber bagi semakin tingginya ketidakpastian ekonomi dunia.
Kemudian mengeluarkan kebijakan komprehensif yang konkrett dan realistis serta dinarasikan dengan baik.
"Berbagai kalangan masih belum melihat dengan jelas ke mana ekonomi negeri ini akan dibawa oleh Pemerintahan Prabowo," tandasnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.