JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden RI Prabowo Subianto telah resmi mengutus Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Luar Negeri Sugiono dalam negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat (AS).
Pengamat Ekonomi Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai, langkah itu sudah tepat, untuk menghindari simpang siur pernyataan dari pemerintah yang justru kontraproduktif.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana para utusan itu bisa menyusun substansi proposal negosiasi yang realistis dan win win solution.
Baca Juga: Prabowo Utus Airlangga Hartarto, Sri Mulyani, dan Sugiono untuk Negosiasi dengan AS
"Dari sisi substansi, respons kita ke AS harus merupakan bagian dari strategi besar transformasi ekonomi kita. Substansi juga harus merupakan solusi jalan tengah, jangan sampai karena ingin membuat senang Trump, partner penting kita yang lain termasuk India, China, Korea, EU dan Jepang, merasa dianaktirikan. Ini berpotensi menimbulkan permasalahan baru," terang Wijayanto dalam keterangan resminya kepada Kompas.tv, dikutip Senin (7/4).
Selain itu, poin-poin negosiasi harus sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Sehingga amasukan dari dunia usaha penting untuk didengar.
Baca Juga: Pilih Negosiasi dengan AS, Airlangga Sebut ASEAN Tak Terapkan Retaliasi seperti China
Ia menilai, strategi komunikasi dalam bernegosiasi juga harus tepat mengingat Presiden AS Donald Trump tidak menyukai pendekatan multilateral. Menurut Wijayanto, ide menggunakan payung ASEAN dalam negosiasi perlu dihindari.
Pasalnya, selain mengundang resistensi Trump, menyatukan ASEAN tidak mudah karena kepentingan yang berbeda.
"Selain itu, kita juga harus sadar bahwa Trump adalah tipe one man show. Pembicaraan hanya akan efektif jika diawali dengan komunikasi langsung antara Prabowo dengan Trump, untuk kemudian dilanjutkan oleh level menteri untuk hal-hal teknis dan implementatif," ujarnya.
Baca Juga: Stabilisasi Rupiah, BI Lakukan Intervensi di Pasar Offshore
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.