Menanggapi hal tersebut, Eddy Soeparno menekankan pentingnya penguatan diplomasi perdagangan guna mencegah dampak lanjutan yang lebih luas terhadap perekonomian nasional.
Baca Juga: Anwar Ibrahim Telepon Prabowo, Sultan Brunei, hingga Bongbong Marcos Bahas Tarif Trump
Ia mencontohkan beberapa industri yang telah lebih dulu terdampak, mulai dari produsen sepatu olahraga dan barang elektronik hingga perusahaan tekstil seperti Sritex.
Selain memperkuat diplomasi, Eddy juga mendorong pemerintah memperluas pasar ekspor, terutama ke negara-negara mitra baru.
Ia menilai, keanggotaan tetap Indonesia dalam kelompok BRICS harus dimanfaatkan untuk membuka akses pasar yang lebih luas di tengah tekanan tarif dari AS.
“Di awal pemerintahan, Presiden Prabowo sudah bergerak cepat dengan bergabung dan menjadi anggota tetap BRICS. Sekarang saatnya memanfaatkan status sebagai anggota tetap BRICS untuk memperluas pasar ekspor,” kata Eddy.
Lebih lanjut, ia juga menekankan perlunya peningkatan daya saing produk nasional melalui inovasi dan efisiensi industri dalam negeri.
Pemerintah, menurut dia, harus menyediakan insentif bagi sektor strategis agar produk Indonesia mampu bersaing secara global, terlepas dari kebijakan proteksionisme negara lain.
“Industri dalam negeri harus lebih inovatif dan efisien. Pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri strategis agar kita bisa bersaing secara global, terlepas dari kebijakan negara lain,” ujar Eddy.
Langkah-langkah tersebut dinilai penting agar neraca perdagangan Indonesia tetap terjaga dan sektor industri tidak menjadi korban dalam pusaran kebijakan dagang global yang semakin kompleks.
Baca Juga: Hitung-hitungan Jusuf Kalla Soal Dampak Tarif Trump 32% Ke Indonesia: Tak Perlu Terlalu Khawatir!
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.