Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Mendag Sebut Diversifikasi Produk jadi Kunci RI Hadapi Tarif Impor Tinggi AS

Kompas.tv - 5 Februari 2025, 23:58 WIB
mendag-sebut-diversifikasi-produk-jadi-kunci-ri-hadapi-tarif-impor-tinggi-as
Menteri Perdagangan Budi Santoso. (Sumber: Antara)
Penulis : Dina Karina | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyatakan, diversifikasi produk ekspor Indonesia jadi salah satu upaya mengantisipasi kenaikkan tarif impor oleh Amerika Serikat.

Dengan diversifikasi produk, RI tidak bergantung pada sejumlah komoditas ekspor yang berpotensi terkena bea masuk tinggi oleh Presiden AS Donald Trump

"Yang penting sekarang gini, kan kalau Trump itu penginnya kan ada industri ke sana gitu kan. Terus ya kita harus diversifikasi produk, terutama produk-produk yang tidak diproduksi di sana," kata Budi di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (5/2/2025). 

Baca Juga: China Balas AS dengan Kenakan Tarif 10-15 Persen, Perang Dagang Dimulai?

Budi menjelaskan, saat ini neraca dagang RI-AS masih dalam kondisi surplus.

Bahkan, Negeri Paman Sam itu jadi negara nomor satu sebagai penyumbang surplus.

Yakni sebesar 16,84 miliar dolar AS, kemudian disusul India 15,39 miliar dolar AS dan Filipina 8,85 miliar dolar AS.

Mendag menyampaikan, pihaknya sudah berdiskusi dengan kalangan usaha terkait produk apa saja yang bisa digenjot ekspornya ke AS, sehingga surplus neraca dagang bisa dipertahankan.

"Kita sekarang sudah ngomong-ngomong dengan pelaku usaha, bagaimana kita masuk diversifikasi produk. Kita harus pertahankan surplus kita," ungkapnya. 

Baca Juga: Rusia Kecam Rencana Trump Ambil Alih Gaza, Sebut Sebagai Bentuk “Cancel Culture” Barat

Trump diketahui mengusulkan kebijakan tarif impor 100 persen untuk negara anggota BRICS.

Lalu kenaikan tarif sebesar 60 persen pada produk China yang berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik dan disrupsi rantai pasok global.

Selain diversifikasi produk, Indonesia juga berupaya untuk memperluas pangsa pasar ekspor.

Budi menyebut, salah satu kunci mempertahankan perekonomian di tengah ketegangan tersebut adalah dengan meningkatkan daya saing.

"Daya saing yang kuat akan membuat Indonesia dilirik oleh negara-negara lain karena unggul untuk perdagangan barang dan jasa," sebutnya.

Baca Juga: Bahlil Pastikan UMKM Tetap Dapat Beli Gas Elpiji 3 Kg: Berbeda dari Rumah Tangga Biasa

Perang Dagang China vs AS

Sementara itu, China sudah menyiapkan langkah balasan terhadap kebijakan proteksionisme AS.

China akan mengenakan tarif tambahan pada produk-produk tertentu AS mulai tanggal 10 Februari.

Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China menyatakan, langkah tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip dasar hukum internasional serta sesuai dengan undang-undang (UU) dan peraturan China.

Seperti UU tarif, UU perdagangan luar negeri, dan UU bea cukai.

Tarif tambahan sebesar 15 persen pun akan diberlakukan untuk impor batu bara dan gas alam cair yang berasal dari AS.

Sementara itu, minyak mentah, mesin pertanian, mobil dengan kapasitas besar, dan truk pikap akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10 persen. 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Antara

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x