Trump diketahui mengusulkan kebijakan tarif impor 100 persen untuk negara anggota BRICS.
Lalu kenaikan tarif sebesar 60 persen pada produk China yang berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik dan disrupsi rantai pasok global.
Selain diversifikasi produk, Indonesia juga berupaya untuk memperluas pangsa pasar ekspor.
Budi menyebut, salah satu kunci mempertahankan perekonomian di tengah ketegangan tersebut adalah dengan meningkatkan daya saing.
"Daya saing yang kuat akan membuat Indonesia dilirik oleh negara-negara lain karena unggul untuk perdagangan barang dan jasa," sebutnya.
Baca Juga: Bahlil Pastikan UMKM Tetap Dapat Beli Gas Elpiji 3 Kg: Berbeda dari Rumah Tangga Biasa
Sementara itu, China sudah menyiapkan langkah balasan terhadap kebijakan proteksionisme AS.
China akan mengenakan tarif tambahan pada produk-produk tertentu AS mulai tanggal 10 Februari.
Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China menyatakan, langkah tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip dasar hukum internasional serta sesuai dengan undang-undang (UU) dan peraturan China.
Seperti UU tarif, UU perdagangan luar negeri, dan UU bea cukai.
Tarif tambahan sebesar 15 persen pun akan diberlakukan untuk impor batu bara dan gas alam cair yang berasal dari AS.
Sementara itu, minyak mentah, mesin pertanian, mobil dengan kapasitas besar, dan truk pikap akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10 persen.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.