JAKARTA, KOMPAS.TV - Berikut ini merupakan kisah Nabi Muhammad dan lelaki yang ingin membunuhnya. Lelaki itu bernama Tsumamah bin Itsal dan ia pergi ke Madinah dengan satu tujuan, membunuh Nabi Muhammad.
Ia pun mempersiapkan segala sesuatu, termasuk persenjataan. Ia pun berjalan menuju Madinah dengan amarah membuncah ingin membunuh Nabi yang dianggapnya sudah berdosa, merusak tradisi kaumnya dengan agama Islam.
Rencana pembunuhan itu sampai ke telinga Umar bin Khattab. Ketika Tsumamah baru sampai ke gerbang kota, ia dicegat oleh Umar dan akhirnya mereka berkelahi. Umar menang, Tsumamah pun ditahan.
Singkat cerita, Nabi Muhammad mendengar ada orang yang hendak membunuhnya. Setibanya di tempat itu, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik.
“Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?” tanya Rasulullah berpaling kepada sahabat-sahabat yang berada di sekitarnya.
Para sahabat kaget, apa tidak salah perintah Nabi? Para sahabat pun saling pandang.
Hanya Umar yang berani bertanya, ”Ya Rasulullah, orang ini datang untuk membunuhmu, bukan ingin masuk ke agama kita. Makanan apa yang kau maksud tersebut?”
Rasulullah seakan tidak menghiraukan sanggahan Umar. Bahkan, beliau berkata, “Segera ambilkan susu dari rumahku.”
Lantas, beliau pun menyuruh sahabat untuk melepas ikatan Tsumamah yang terkulai, lemah tidak berdaya itu. Umar pun bergegas mengambil minum. Tak lama, ia datang. Lalu diambillah gelas tersebut dan diberikan kepada Tsumamah.
“Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah),” pinta Rasulullah dengan sopan.
“Aku tidak akan mengucapkannya!” ia pun menggeleng terus.
Baca Juga: Kisah Rasulullah Berjumpa dengan Lailatulqadar
Para sahabat yang menyaksikan itu geram. Rasulullah malah menyuruh Tsumaha pergi.
Tsumamah pun bangkit, lalu membelakangi Rasul. Berjalan. Setapak, dua tapak, tiga tapak. Lalu ia memalingkan muka kembali kepada Rasul.
Ia pun duduk, menghadapkan wajahnya ke tanah. Tak lama, ia kembali mendongakkan muka dan memandang wajah Rasulullah.
“Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad Rasul Allah,” katanya.
Para sahabat pun keheranan. Rasulullah hanya tersenyum dan menyuruhnya berdiri.
“Mengapa engkau tidak mengucapkan ketika aku memintamu?” Tanya Nabi.
“Maafkan hamba, Tuanku. Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan, hamba khawatir ada yang menganggapku masuk agamamu sebab aku takut. Aku tidak takut, tapi hatiku luluh. Setelah engkau bebaskan aku, aku ingin masuk Islam semata-mata karena Allah," jawabnya.
Baca Juga: Kisah Nabi Uzair, Dihidupkan Lagi setelah Wafat 100 tahun
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.