Pengalaman terakhir yang berkesan bagi Mu’ti ialah berpuasa di tengah pandemi Covid-19.
Pandemi mengubah bagaimana berjalannya bulan suci bagi Mu’ti. Sebelumnya, Ramadan penuh dengan aktivitas di luar rumah. Namun, Covid-19 memaksa untuk banyak menghabiskan waktu di dalam rumah bersama keluarga.
“Sebelum Covid-19, Ramadan justru menjadi bulan yang sangat sibuk dan banyak aktivitas di luar rumah. Pada masa Covid-19 tahun lalu, saya merasakan suasana yang sangat berkesan. Saya bisa berbuka puasa, sahur, tadarus, dan Tarawih bersama keluarga hampir setiap hari,” kenangnya.
Namun ia bersyukur, karena pandemi Covid-19 banyak waktu luang di rumah sehingga membuatnya banyak menulis.
“Saya juga bisa kembali berkebun. Ini kebiasaan masa kecil dan hobi yang sudah lama saya tinggalkan karena tingginya kesibukan,” ujar pakar pendidikan ini.
Baca Juga: Kisah Mohammad Hatta, Sahur dengan Telur Jelang Proklamasi Kemerdekaan
Namun begitu, sebagai Muslim, Mu’ti tetap senantiasa berusaha mengamalkan ajaran Islam dengan baik.
Meski pun ada perbedaan mazhab dalam pengamalan ritual. Misalnya, saat salat tarawih. "Saya Tarawih delapan rakaat, sedangkan masyarakat pada umumnya 20 rakaat. Meskipun berbeda, tidak ada ketegangan antara saya dan keluarga dengan masyarakat. Kami hidup rukun dengan semangat toleransi dan tenggang rasa," katanya.
Baca Juga: Menyambut Ramadan, Gubernur Anies Bagi Tugas dengan Keluarga
Selain itu, Mu'ti juga selalu berusaha menghatamkan Alquran setidaknya satu kali saat bulan Ramadan.
"Ini kebiasaan yang ditanamkan ayah sejak kecil. Saya ingat ketika ayah memberi hadiah kopiah setelah saya khatam Alquran," ujarnya mengenang kedekatan dengan sang ayah di masa kecil.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.