JAKARTA, KOMPAS TV - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II Tahun 2020 berada di level minus 3,1%.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang semakin melorot akibat dampak wabah virus corona atau Covid-19 yang semakin meluas hingga ke Jawa Timur atau Jatim.
Sri Mulyani mengakui dampak virus corona atau Covid-19 terhadap ekonomi dalam negeri terasa lebih dalam pada periode tersebut dibanding kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Minta Pertumbuhan Ekonomi Tidak Merosot
“April sudah terjadi pelemahan ekonomi, masuk ke Mei drop makin dalam. Karena penyebaran Covid-19 sudah melebar tidak hanya di DKI Jakarta, tapi juga di Jawa Timur sudah menjadi pusat penyebaran,” kata Sri Mulyani dikutip dari Kontan.co.id, Rabu (20/5).
Sri Mulyani menuturkan, pada Mei lalu konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang PDB terbesar merosot.
Tak hanya itu, dari sisi perdagangan baik impor maupun ekspor pun diprediksi melemah pada kuartal II-2020.
Angka pertumbuhan ekonomi tercatat minus 3,1% ini sejalan dengan prakiraan lembaga internasional yang meramal ekonomi Indonesia akan ada di kisaran minus 3% sampai minus 6%.
Baca Juga: Sri Mulyani: Biaya Penanganan Corona Capai 677,2 Triliun
Proyeksi Menkeu Sri Mulyani itu lantas lebih rendah daripada pencapaian produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2020 sebesar 2,97%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada Mei hanya US$ 8,44 miliar atau rekor terendah sejak 2009.
Sri Mulyani menyebut, realisasi impor ini mengonfirmasi lesunya aktifitas industri dalam negeri pada bulan lalu karena lesunya ketersediaan bahan baku dan barang modal impor.
Bahkan, ini akan mengancam industri pengolahan dalam negeri dalam tiga sampai empat bulan ke depan.
Sementara itu, ekspor mengalami pelemahan 28,95% secara tahunan pada Mei dengan realisasi sebesar US$ 10,53 miliar, ini nilai terendah sejak Juli 2016.
Baca Juga: DPR Sebut Sri Mulyani Gagal Prediksi Indikator Ekonomi, Ini Imbasnya Buat Jokowi
Sri Muluyani mengatakan lesunya ekspor dikarenakan ekonomi mitra dagang terbesar Indonesia seperti Amerika Serikat, China, India, dan Jepang masih mengindikasikan kontraksi.
Kendati demikian, Sri Mulyani menuturkan, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung sejak awal Juni 2020, menambah keyakinan pemerintah kalau ekonomi berangsur membaik.
Meski demikian, prediksi akan terjadinya kontraksi membayangi. Namun begitu, Sri Mulyani berharap jika terjadi kontraksi tidak sedalam bulan Mei.
Konsumsi rumah tangga, kata dia, pada bulan ini diprediksi berangsur membaik dibanding bulan sebelumnya pada dan berlanjut di kuartal III-2020.
Baca Juga: Jokowi Siapkan 3 Skema Untuk Pemulihan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Proyeksi Menkeu, pertumbuhan ekonomi pada Juli-September 2020 berada di level 0%, lanjut di kuartal IV-2020 ekonomi diharapkan bisa recovery sehingga bisa positif.
“Untuk itu, kami menjaga akar ekonomi ditahun ini tidak mengalami resesi. Karena ada pemulihan di kuartal III dan kuartal IV," kata Sri Mulyani.
"Saat ini masih menggunakan proyeksi minus 0,4% sampai 2,3% di tahun ini."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.