Sri Mulyani menyebut, realisasi impor ini mengonfirmasi lesunya aktifitas industri dalam negeri pada bulan lalu karena lesunya ketersediaan bahan baku dan barang modal impor.
Bahkan, ini akan mengancam industri pengolahan dalam negeri dalam tiga sampai empat bulan ke depan.
Sementara itu, ekspor mengalami pelemahan 28,95% secara tahunan pada Mei dengan realisasi sebesar US$ 10,53 miliar, ini nilai terendah sejak Juli 2016.
Baca Juga: DPR Sebut Sri Mulyani Gagal Prediksi Indikator Ekonomi, Ini Imbasnya Buat Jokowi
Sri Muluyani mengatakan lesunya ekspor dikarenakan ekonomi mitra dagang terbesar Indonesia seperti Amerika Serikat, China, India, dan Jepang masih mengindikasikan kontraksi.
Kendati demikian, Sri Mulyani menuturkan, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung sejak awal Juni 2020, menambah keyakinan pemerintah kalau ekonomi berangsur membaik.
Meski demikian, prediksi akan terjadinya kontraksi membayangi. Namun begitu, Sri Mulyani berharap jika terjadi kontraksi tidak sedalam bulan Mei.
Konsumsi rumah tangga, kata dia, pada bulan ini diprediksi berangsur membaik dibanding bulan sebelumnya pada dan berlanjut di kuartal III-2020.
Baca Juga: Jokowi Siapkan 3 Skema Untuk Pemulihan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Proyeksi Menkeu, pertumbuhan ekonomi pada Juli-September 2020 berada di level 0%, lanjut di kuartal IV-2020 ekonomi diharapkan bisa recovery sehingga bisa positif.
“Untuk itu, kami menjaga akar ekonomi ditahun ini tidak mengalami resesi. Karena ada pemulihan di kuartal III dan kuartal IV," kata Sri Mulyani.
"Saat ini masih menggunakan proyeksi minus 0,4% sampai 2,3% di tahun ini."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.