KOMPAS.TV – Mining Industry Indonesia (MIND ID) yang merupakan BUMN Holding Industri Pertambangan yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.
Saat ini, pemerintah mengamanatkan MIND ID menjalankan serangkaian tugas, yaitu mengelola sumber daya dan cadangan strategis, melakukan hilirisasi, dan memiliki kepemimpinan pasar.
Demi memenuhi mandat tersebut, MIND ID telah merumuskan empat tema strategis utama dan satu tema pendukung (enabler). Strategi utama tersebut terdiri dari peningkatan pertumbuhan eksplorasi dan produksi secara agresif; Peningkatan daya saing biaya melalui digital; Pembangunan aset hilirisasi berskala global; Aliansi strategis untuk ekspansi bisnis baru hilirisasi; dan pengembangan kapabilitas dan optimasi portofolio.
Baca Juga: Optimalisasi Keselamatan Pekerja dalam Proses Produksi PT Freeport Indonesia
Berdasarkan strategi di atas, hilirisasi menjadi salah satu aspek utama pada rencana strategis MIND ID. Perusahaan pun terus berkomitmen terhadap upaya penciptaan nilai tambah mineral di tiap anggota MIND ID. Masing-masing perusahaan anggota grup MIND ID telah menunjukkan komitmen terhadap hilirisasi sejak pertama didirikan.
Pada 1976, pabrik pengolahan feronikel ANTAM berdiri untuk mengolah komoditas nikel. Di tahun yang sama, pabrik pengolahan timah berdiri dan INALUM pertama kali mendirikan smelter aluminium.
Sementara itu, tahun 1996 Freeport Indonesia (PTFI) membangun smelter peleburan tembaga pertama di Indonesia yang kini dikenal sebagai PT Smelting di Gresik. Proses tersebut merupakan bukti bahwa grup MIND ID hingga kini terus mewujudkan inisiatif pengembangan proyek hilir pada tiap komoditas yang dikelola.
Kinerja Operasional Pabrik Pengolahan Aluminium INALUM
Berdiri tahun 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) merupakan wujud kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd. Status INALUM berubah menjadi BUMN pada 2014.
Baca Juga: Mendalami Kekayaan Alam dan Budaya Masyarakat Kolaka
Saat ini INALUM mengoperasikan pabrik pengolahan aluminium di Kuala Tanjung dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Paritohan, Sumatra Utara. Aluminium dikenal sebagai salah satu komoditas paling melimpah di bumi dengan sifat kuat, ringan, antikarat, serta konduktor yang baik.
Untuk menghasilkan produk aluminium berkualitas, INALUM mengelola tiga fasilitas utama, yaitu Pabrik Karbon, Pabrik Reduksi, dan Pabrik Casting (pencetakan). Sebagai satu-satunya Pabrik Reduksi aluminium di Indonesia, tahun 2020 INALUM tercatat memiliki pangsa pasar aluminium domestik sebesar 50 persen.
Produk aluminium yang dihasilkan INALUM adalah ingot, alloy, dan billet. Selain menjadi andalan INALUM Operating, produk tersebut termasuk ke dalam inventori strategis Grup MIND ID.
INALUM menjaga seluruh rantai bisnis tetap berjalan optimal dan efektif meskipun di tengah pandemi, mulai dari rantai pasok bahan baku hingga kinerja PLTA sebagai sumber energi.
Sepanjang 2021, INALUM Operating mencatat kinerja produksi sebesar 243 ribu ton dengan tingkat penjualan 218 ribu ton. Rata-rata operasional tungku tercatat sebanyak 458 unit atau 90 persen dari kapasitas terpasang di Pabrik Reduksi.
Tidak hanya Pabrik Reduksi, PLTA juga merupakan indikator utama pendukung kinerja operasional INALUM. PLTA INALUM Operating menghasilkan total energi listrik sebesar 4.41.774 MWh dengan tingkat pemakaian 4.027.118 MWh.
INALUM Operating juga mencatat surplus listrik sebesar 10 persen yang kemudian didistribusikan kepada PT PLN (Persero). Pencapaian penggunaan energi baru terbarukan menjadikan INALUM Operating sebagai satu-satunya pabrik peleburan di Grup MIND ID yang menghasilkan emisi rendah.
Baca Juga: Berkelana Melihat Investasi Sosial PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika
PTFI Penuhi Kebutuhan Tembaga di Dalam dan Luar Negeri
Tahun 1996, PT Freeport Indonesia (PTFI) membangun smelter peleburan tembaga pertama di Indonesia yang kini dikenal sebagai PT Smelting di Gresik, Jawa Timur. PTFI juga membangun smelter kedua, yaitu Smelter Manyar sebagai bentuk nyata komitmen PTFI mendukung program hilirisasi nasional.
PTFI melalui pembangunan smelter baru di JIIPE Gresik memenuhi kewajiban pemenuhan fasilitas pemurnian sebesar 3 juta ton konsentrat per tahun.
Tiap tahun PT Smelting mampu memurnikan dan mengolah 1,3 juta ton konsentrat tembaga menjadi 300 ribu ton katoda tembaga. Hasil tersebut mampu memenuhi produksi di dalam maupun luar negeri.
PTFI juga segera memiliki Smelter Manyar sebagai fasilitas pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga kedua. Smelter Manyar tengah dibangun di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur dengan total 100 hektar.
Baca Juga: Harmonisasi Alam dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Tambang Nikel Sorowako
Smelter Manyar dirancang sebagai tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun. Setelah beroperasi, hasil pengolahan Smelter Manyar akan digabungkan dengan hasil PT Smelting.
Jadi, PTF diharapkan mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun global.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.