Kompas TV bisnis perbankan

Jangan Buru-buru Gadai SK Kerja Buat Utang, Ada Tips yang Perlu Diketahui

Kompas.tv - 29 Juli 2022, 12:35 WIB
jangan-buru-buru-gadai-sk-kerja-buat-utang-ada-tips-yang-perlu-diketahui
Mempertimbangkan menggadaikan SK Kerja untuk utang. (Sumber: Kompas.tv)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV – Menggadaikan Surat Keputusan atau SK kerja untuk menarik utang di bank belakangan banyak dilakukan, baik pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta.

Menanggapi hal itu, Perencana Keuangan Finansialku Melvin Mumpuni mengatakan, hal itu memang behavior atau perilaku yang wajar.

Mengingat, kondisi saat ini membuat orang-orang yang terdampak pandemi Covid-19 dari dua tahun terakhir pendapatannya berkurang, tapi gaya hidup atau pengeluaran justru belum bisa turun. Apalagi harga-harga mulai naik seperti BBM, Elpiji, dan sebagainya.

“Ketika karyawan mulai kepepet, dan memang ada fasilitas layanan menggadikan SK itu. Orang-orang mulai pakai. Behaviornya memang begitu,” ujarnya dalam acara Kompas Bisnis Kompastv, Jumat (29/7/2022).


 

Melvin pun mengungkapkan risiko di baliknya. Untuk orang atau pribadi mungkin tidak terlalu berisiko tapi untuk pihak perbankannya tentu perlu dicek. Terkait SK tersebut bisa menjadi agunan utama atau tidak.

“Nah, kalau untuk PNS itu umumnya bisa yang banknya bank daerah. Tapi, kalo untuk pegawai swasta bank seharusnya memang punya concern atau manajemen sendiri,” ujarnya.

Untuk risiko perorangan, Melvin masih mengamati hal itu mengingat fenomena menggadaikan SK terbilang tren baru terutama di kalangan pegawai swasta. Namun disebutkan bahwa risikonya cukup besar bagi pegawai swasta.

“Model kontrak kerja antara PNS dengan pegawai swasta berbeda. Swasta mungkin lebih berbahaya risikonya,” kata Melvin.

Baca Juga: Istri Polisi Laporkan Suami ke Mabes Polri karena Selingkuh 16 Kali, Harta Habis hingga Gadai SK PNS

Untuk itu, ada beberapa pertimbangan sebelum memutuskan untuk menggadaikan SK.

“Saran saya, pertama, kalau penghasilannya memang turun coba mencari cara lain atau usaha lain,” tuturnya.

Kedua, menurunkan pngeluaran. Sebisa mungkin menurunkan pengeluaran yang dirasa tidak genting atau urgent.

Ketiga, mempunyai dana darurat atau tabungan. Paling tidak 6-12 bulan ke depan aman atau terpenuhi. Pasalnya, baru-baru ini ada kabar bahwa Amerika Serikat masuk ke resesi teknikal.

Sebagaimana diketahui, US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9 persen pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).

Pada kuartal I-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga terkontraksi 1,6 persen qtq.

Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi qtq dalam dua kuartal beruntun, bisa dibilang mengalami resesi teknikal. Dengan kata lain, AS kini sudah masuk ke 'jurang' resesi.

“Jadi, keempat, utang-utang yang udah ada ini harus diberesin. Kalau bisa jangan malah nambah utang-utang lagi karena akan nambah cicilan lagi,” tuturnya.

Kelima, punya proteksi atau asuransi. Pandemi belum selesai dan ditambah masih ada risiko virus monkeypox atau cacar monyet. Intinya, harus mengerem karena kondisi ekonomi belum stabil.

Tips perhitungan utang

Adapun, jika ingin mengambil utang sebaiknya cek cicilannya terlebih dahulu. Melvin menyebutkan, utang itu idealnya atau maksimal cicilannya itu 35 persen dari penghasilan.

“Jadi, kalau misal pengasilannya Rp 10 juta, cicilan maksimalnya itu Rp 3,5 juta. Tapi kalau bisa jangan dimentokin. Dan sebisa mungkin dibereskan,” ujarnya.

Sebab, jika malah menambah utang sementara kondisi ekonomi juga belum stabil, konsekuensinya akan nambah cicilan atau nambah beban bulanan.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x